Foto: DOK. REUTERS
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM). Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan pasar terhadap produk unggas air atau itik baik daging maupun telurnya kian meningkat. Hal itu tak lepas dari tren kuliner berbahan daging itik yang mulai marak di Indonesia. Kini, tersaji berbagai kuliner itik baik di warung-warung tenda di pinggir jalan, hingga di rumah makan mewah dan hotel berbintang lima.
Tren tinggi permintaan produk itik ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis itik di Indonesia, sehingga peternak itik dapat terus mengembangkan usahanya dalam rangka memenuhi permintaan pasar tersebut.
Fakta tersebut sekaligus memberi tantangan dan peluang bagi pemangku kepentingan di industri itik untuk dapat mengembangkan itik baik dari segi peneliitian dan pengembangannya, pembibitan, pembudidayaan, hingga ke pasca panen itik sehingga dapat memanfaatkan peluang pasar peternakan itik sebagai bahan baku utama kuliner yang sedang menjadi tren tersebut.
Pembudidayaan itik di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, baik untuk memproduksi telur maupun produksi daging. Namun tren yang terjadi saat ini adalah, masyarakat cenderung menggemari daging itik ketimbang telurnya.
Hal tersebut dibahas dalam Indonesia Livestock Club (ILC) yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), Indonesia Livestock Alliance (ILA), Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI), Sabtu (29/8). Mengangkat tema ‘Masa Depan Bisnis Itik Pasca Pandemi Covid-19’, Acara membahas beberapa pokok bahasan penting. Yakni, pembibitan dan produksi itik dalam memenuhi permintaan pasar (Ketua Waterfowl Working Group, WPSA Asia Pasifik Dr. L. Hardi Prasetyo), prospek budidaya dan bisnis itik pasca pandemi covid-19 (Duck Farm Manager PT Satwa Primaindo Agus Prayitno), dan pengalaman berbisnis kuliner berbahan utama daging bebek (Owner Bebek Kaleyo Hendri Prabowo).
Sabrina Y
Editor: Try Surya A