Kamis, 2 April 2020

Sapi Nyaman, Produktivitas Lancar

Sapi Nyaman, Produktivitas Lancar

Foto: Windi Listianingsih
Harus ada pergerakan udara di dalam kandang

Dari lingkungan perkandangan yang nyaman, sapi-sapi akan berproduksi lebih optimal.
 
Susu dengan mutu tinggi hanya bisa diperoleh dari sapi yang sehat. Untuk itu, sebelum diperah untuk diambil susunya, sudah sepatutnya sapi dirawat dalam keadaan dan kondisi terbaik. Dalam beternak, aspek kesejahteraan hewan atau animal walfare perlu diaplikasikan.
 
Hani Yudayan, Farm Manager PT Greenfields Indonesia, mewanti-wanti, kenyamanan sapi perah perlu diutamakan dalam pemeliharaannya. Baik dari sisi kandang, perolehan pakan, lingkungan, dan proses pemerahan. Tujuannya tentu saja untuk menghindarkan sapi dari stres.
 
Sementara itu, Deddy F. Kurniawan, CEO Dairypro Indonesia mengungkapkan, mayoritas sapi perah yang dibudidayakan di Indonesia berjenis FH(Friesian Holstein). Berbeda dengan Jersey, Sapi FH tidak toleran terhadap panas (non-heat tolerant). Untuk itu, kandang dan lingkungannya mesti dimodifikasi agar sapi tetap nyaman dan lancar berproduksi.
 
 
Mengurangi Heat Stress
 
Iklim Indonesia yang tropis memicu sapi FH mudah terserang heat stress. Biasanya, sapi sudah mulai merasakan stres akan panas pada lingkungan dengan suhu di atas 25oC dan kelembaban di atas 40%. Dengan kriteria seperti itu, sepertinya sulit menemukan wilayah yang memadai di Indonesia. Semakin tinggi temprature humidity index-nya, maka semakin rendah susunya.
 
Sapi yang kepanasan, imbuh Deddy, tidak suka makan namun lebih suka minum. Dengan tidak bisa berkeringatnya sapi, panas akan dikeluarkan melalui lubang-lubang tubuhnya. Ketika terus-menerus lewat mulut, yang terjadi adalah pneumonia.
 
Selain itu, heat stress juga memicu asidosis dan memengaruhi performa reproduksi.
 
Untuk mengatasinya, lingkungan lokal kandang dimodifikasi dengan menyemprotkan air bertekanan. Suhu dan kelembaban adalah komponen utama heat stress. Maka harus ada pergerakan udara di dalam kandang. Tujuannya untuk mengeluarkan panas dan menurunkan kelembaban udara.
 
“Panas dari tubuh sapi harus cepat dibuang. Bisa pakai fan dan disedot keluar dengan exhaust fan. Kemudian ada water sprinkler-nya. Kalau pakai kipas saja ga terlalu berpengaruh. Dikasih air agar efeknya signifikan,” rinci Deddy.
 
 
Modifikasi Kandang
 
Hani menuturkan, dalam memelihara sapi laktasi, farmnya menggunakan freestall tunnel barn. Keadaan demikian membebaskan sapi di dalam kandang. Syaratnya pakan dan minum tersedia tiap waktu namun tidak berlebihan. Supaya sapi leluasa makan, kandang diberikan headlock. “Sisa pakannya 3%-4%. Sapinya dibiarkan mau makan, minum, atau tidur. Tapi pakan tetap tersedia,” bahas Hani.
 
Kandang dilengkapi dengan kipas. Tujuannya, untuk membantu sirkulasi udara di dalam kandang. Meskipun kandangnya tidak tertutup, tapi sirkulasi udara jadi lebih cepat. Di dalam tunnel, terdapat sprinkler untuk menurunkan temperatur tubuh sapi.
 
Ketika sapi dikeluarkan untuk diperah, saat itu juga kandang dibersihkan, termasuk alas tempat tidurnya. Pada kandang laktasi, alas menggunakan pasir lembut supaya bisa mengikuti lekuk tubuh sapi. Alasan lainnya, pasir merupakan bahan anorganik, sehingga tidak banyak bakteri yang berkembang biak.
 
Saat suhu panas, pasir bisa mendinginkan, sedangkan pada suhu dingin akan menghangatkan. Dengan kata lain, pasir mendukung penyesuaian suhu. Untuk sapi non laktasi, bisa beralaskan manure yang dikeringkan, jerami, dan rubber mat (karpet karet).
 
Senada dengan Hani, Deddy mengatakan kesejahteraan hewan sangat terjamin dengan freestall. Akan tetapi, tidak semua peternak bisa mengimplementasikannya. Supaya lebih terjangkau, ia menyarankan untuk memodifikasi kandang menjadi “the beach barn”. 
 
Kandang ini mengadopsi sistem pastura (padang penggembalaan) namun di dalam ruangan (indoor). Penerapan kandang ini tidak memasang komponen-komponen yang mahal. Untuk alas tidurnya, diberikan serbuk gergaji yang bisa diganti tiap 3 bulan. Serbuk gergaji setiap harinya ditambah setelah kotoran sapi diambil.
 
Dari kandang seperti ini, ia menjamin kenyamanan bukan hanya untuk sapi, tapi juga peternak. Selain itu, penggunaan air lebih efisien dan bedding (alas tidur) lebih mudah didapat karena berbahan lokal. Pada prinsipnya, kandang tidak banyak tembok supaya aliran udara (air flow) bagus dan sapi hanya perlu diikat ketika makan atau diperah.
 
“Dari kandang begini, mendeteksi panas, birahi, kepincangan juga lebih enak. Satu sapi hanya butuh 8 m2. Memandikan sapi 3 bulan sekali sewaktu ganti alas,” jabar Deddy.
 
 
Kebersihan Alat Perah 
 
Dari segi alat pemerah, Hani menuturkan, kebersihannya tentu saja harus dijaga. Sesaat setelah alat perah dipakai pasti dibersihkan. Ada proses yang disebutnya sebagai clean in place (CIP). Metode pencucian otomatis ini, dimulai dari alat perah dimasukkan ke dalam pipa yang terhubung dari tangki air.
 
Pertama-tama, alat akan dibilang dengan air hangat 40oC supaya lemak susu yang tertinggal terangkat. Kemudian dibilas dengan air bersuhu 80oC yang berisikan deterjen dan klorin, agar bakteri terbunuh. “Proteinnya terangkat, fatnya terngakat. Abis itu dibilas,” jelasnya.
 
Setelah itu, diberikan acid berpH 2 dengan suhu 40oC yang bertujuan membunuh semua bakteri di dalam pipa maupun di karet tempat susu keluar. Kemudian dibilas sampai pHnya 6-7 dan dibilas dengan air biasa.
 
“Setiap fase yang mulai memakai deterjen ini dicek pHnya. Dibutuhkan pH 14 untuk bisa bekerja sebagai pengambil kotoran yang terlarut,” ulasnya.
 
Meskipun alat pemerah ini terbilang mahal, akan tetapi inilah yang dinilai Hani paling efektif untuk meningkatkan produksi susu. Sebab pada dasarnya, waktu yang dibutuhkan untuk merangsang sapi mengeluarkan susunya hanya 4 menit saja. Ia menjelaskan lebih rinci, hormon oksitosin akan tinggi pada 2 menit pertama, setelah itu akan turun.
 
“Sebenarnya alat perah itu hanya memindahkan susu yang ada di ambing ke dalam tangki. Alat itu tidak menyedot secara berlebihan karena akan rusak juga. Ketika alat itu bersih, cepat, dan tuntas, maka sapi akan merasa nyaman dan akan memproduksi susu lebih banyak lagi,” pungkas Pria yang bergabung dengan Greenfields sejak 2009 ini.
 
 
 
Try Surya Anditya, Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain