Foto: Windi Listianingsih
Salah satu upaya penguatan SDM pertanian melalui pelatihan dan sertifikasi
Jumlah penyuluh pertanian yang belum memadai diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi.
Sumber daya manusia (SDM) yang unggul menjadi kunci keberhasilan pembangunan agribisnis. Bagaimana penguatan SDM pertanian dalam era internet of things (IoT)?
Penguatan Penyuluh
Menurut Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), penguatan SDM pertanian difokuskan melalui Komando Strategis Pembangunan Pertanian di Kecamatan (Kostratani).
Kostratani merupakan pusat gerakan pembangunan pertanian di kecamatan melalui optimalisasi peran, tugas, dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) memanfaatkan teknologi informasi. Petugas Kostratani terdiri dari para penyuluh pertanian dan semua pejabat fungsional di tingkat kecamatan.
Jumlah penyuluh pertanian, Dedi menerangkan, ada 67.351 orang yang terdiri dari 27.329 penyuluh PNS (Pegawai Negeri Sipil), 11.940 tenaga harian lepas tenaga bantu penyuluh pertanian, 27.905 penyuluh pertanian swadaya, dan 177 penyuluh pertanian swasta.
Idealnya di setiap desa ada seorang penyuluh. “Jumlah desa di Indonesia sebanyak 83.880 desa, sedangkan penyuluh adalah 67.351. Dengan demikian, jumlah penyuluh yang ada saat ini masih belum mencukupi,” imbuhnya yang menyebut sebagian besar penyuluh PNS berumur tua dan mendekati pensiun.
Untuk mengantisipasi hal ini Kementan berupaya menumbuhkan penyuluh swadaya. “Penyuluh swadaya sangat efektif mendiseminasikan teknologi pertanian karena penyuluh swadaya itu sebetulnya pelaku pertanian,” katanya.
Lalu, menambah 6.000 penyuluh PNS per tahun. “Jadi dalam 5 tahun sekitar 30 ribu penyuluh. Sekarang ada moratorium pegawai tapi urusan pangan ‘kan tidak moratorium. Tidak mungkin pangan kita ditangguhkan,” jelas Doktor bidang Ilmu Tanah dari IPB itu.
BPPSDMP juga mengembangkan Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (Simluh Tanam). Sistem ini berisi database penyuluh pertanian dalam berbagai kriteria, seperti keahlian, level fungsional, umur, hingga wilayah kerja.
Simluh Tanam masih dalam perapihan dan integrasi data. Lantas. untuk mengefektifkan kinerja penyuluh dengan memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satunya pengembangan inovasi teknologi berbasis Android secara online yang terkoneksi dengan Agricultural Operational Room (AOR) dan Agricultural War Room (AWR).
Para penyuluh dan petugas Kostratani akan mendapat pelatihan bidang informasi dan teknologi (IT) untuk melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan pertanian.
“Kostratani memanfaatkan IoT untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan komunikasi dengan pusat melalui Agricultural Operational Room (AOR) dan Agricultural War Room (AWR),” terang Dedi.
Karena itu, pihaknya akan melengkapi BPP dengan sarana IT berupa penyediaan komputer, modem internet, dan kamera. Kegiatan lain adalah sertifikasi penyuluh. “Sertifikasi itu penting. Sertifikasi itu pengakuan bahwa seorang mempunyai keahlian,” tukas pria kelahiran Ciamis, Jabar, 23 Juni 1964 ini.
SDM Muda
Membangun SDM unggul juga harus dilakukan sejak dini. Sebab itulah BPPSDMP juga tidak melupakan pembinaan generasi muda pertanian.
Ada 7 Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) di bawah Kementan, Yaitu, Polbangtan Medan, Sumut, Polbangtan Bogor, Jabar, Polbangtan Yogyakarta DIY, Polbangtan Malang, Jatim, Polbangtan Gowa, Sulsel, Polbangtan Manokwari, Papua Barat, dan Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) Tangerang, Banten.
Master Agribisnis dari Universitas Hokkaido, Jepang itu menjabarkan, program unggulan Polbangtan dalam mendukung kinerja Kementan dan regenerasi petani adalah teaching factory berupa menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri dalam pengembangan agribisnis, penumbuhan wirausahawan muda pertanian mendukung petani milenial dan ekspor, serta permagangan untuk mendukung petani milenial.
Di level SMK, ada 3 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Pembangunan Pertanian Negeri (SMKN PP) milik Kementan, yaitu SMKN PP Sembawa, Palembang, Sumsel, SMKN PP Banjarbaru, Kalsel, dan SMKN PP Kupang, NTT.
Selain itu ada 93 SMKN binaan di seluruh Indonesia dan universitas mitra BPPSDMP. SMKN dan kampus binaan ini bekerja sama dengan BPPSDMP dalam mengembangkan pendidikan pertanian. BPPSDMP melakukan pendekatan kurikulum dan memberi dukungan sarana dan prasarana, seperti bangunan sekolah, labolatorium dan peralatannya.
“Kita seragamkan kurikulumnya vokasi, artinya ilmu terapan. Diharapkan alumninya bisa menguasai ilmu terapan yang betul-betul diperlukan pasar. Di saat yang sama, justru yang paling penting agar bisa membangun perusahaan sendiri,” urai Dedi. Termasuk, tenaga pengajar SMK juga mendapatkan pelatihan tematik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang pertanian.
Khusus lulusan Kampus Pertanian, BPPSDMP membentuk Program Pengembangan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Mahasiswa yang baru lulus tersebut diminta membuat dan mengajukan proposal bisnis pertanian untuk memperoleh modal usaha sebesar Rp15 juta–Rp50 juta.
“PWMP sebagai trigger (pemicu). Di saat yang sama, mereka kita latih bisnisnya,” ungkapnya. Program PWMP sudah berjalan 3 tahun. Selain itu, Kementan juga rutin mengirim mahasiwa magang pertanian di beberapa negara, seperti Jepang, Taiwan, dan Australia, menyusul Kosel.
Windi Listianingsih