Foto: Selo Sumarsono
Para Pembicara FDA Jagung dipandu Moderator, Frans M. Dabukke
Pada industri peternakan ayam broiler, kontribusi biaya pakan sekitar 70% dari total biaya produksi. Secara normal, sekitar 51% biaya pakan dari jagung.
Memang sekarang ini, kontribusi jagung menurun ketika industri pakan banyak beralih menggunakan gandum pakan karena kesulitan mendapatkan jagung.
Berdasarkan data badan Pusat Statisik, produksi jagung nasional meningkat dari sekitar 19 juta ton pipilan kering pada tahun 2014 menjadi sekitar 30 juta ton pipilan kering pada 2018.
Bahkan pada tahun 2019, pemerintah menargetkan produksi jagung nasional 33 juta ton pipilan kering. Dengan kebutuhan jagung pakan sekitar 11,51 juta ton pada 2019, semestinya, pabrik pakan dan peternak mandiri tidak kesulitan mendapatkan jagung.
Salah satu cara menurunkan harga jagung sesuai harga acuan tanpa merugikan petani jagung adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi jagung.
Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan benih hibrida unggul, pengolahan lahan yang baik, penanaman yang benar, perawatan, pemanenan, dan pascapanen.
Sementara itu, efisiensi bsia dilakukan antara lain mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu.
Tetapi ada risiko besar yang sekarang mengancam petani jagung. Kedatangan ulat grayak jagung atau fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith).
Ulat ini tidak hanya menyerang Indonesia, tetapi juga negara-negara lain produsen jagung. Kerusakan tanaman jagung akibat serangan ulat ini bervariasi, mulai dari 10%, 20%, 30%, 50%, sampai 70%.
Pengendalian penyakit ini dilakukan secara mekanis, hayati, dan pestisida sintetis. Beberapa perusahaan pestisida sintetis mengajukan izin ke pemerintah untuk pengendalianulat in dengan perluasan penggunaan perstisida berbahan aktif Lufenuron, Emamectin Benzoate, Cyantraniliprole, Spinetoram, Rynaxypir, dan lainnya.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Majalah AGRINA baru saja menyelenggarakan Forum Diskusi AGRINA (FDA) dengan tema, “Penyediaan Jagung Pakan Sesuai dengan Harga Acuan Pemerintah untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Ayam Nasional” di Menara 165, Jakarta (13/11).
Pembicara-pembicara yang hadir berkompeten dibidangnya, antara lain:
1. Arief Daryanto, Dekan Sekolah Vokasi IPB Bogor
Meningkatkan Daya Saing Industri Ayam Nasional dalam Menghadapi Daging Ayam Impor
2. Muhammad Gazali, Kepala Subdirektorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan
Meningkatkan Produksi Jagung Pakan untuk Memenuhi Kebutuhan Industri Pakan, Peternak Mandiri, Industri Pangan, dan Industri Perbenihan Nasional secara Kontinu
3. Johan, Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT)
Kebutuhan Jagung Indsutri Pakan Nasional
4. Winarno Tohir, Ketua Umum Kontak Tani Andalan Nasional (KTNA)
Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Budidaya Jagung Pakan Nasional untuk Kesejahteraan Petani dan Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri
5. Idham Sakti Harahap, Dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB
Penyebaran, Dampak Keruaskan, dan Pengendalian Ulat Grayak Jagung (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) di Indonesia
Pembahasan mengenai seminar tersebut akan secara lengkap diurai di majalah AGRINA Edisi 306, Desember 2019.
Galuh Ilmia Cahyaningtyas
Editor: Windi Listianingsih