Foto: Ihsan Tri Nugroho
Penggunaan mesin tanam menumbuhkan lebih banyak anakan
Lima tahun terakhir, pemerintah menggelontorkan bantuan ratusan ribu unit alat dan mesin pertanian untuk petani. Bagaimana hasilnya?
“Manfaat bantuan alsintan itu sangat signifikan. Produksi meningkat signifikan dari sebelumnya itu rata-rata 8-9 ton/ha pada 2015, sekarang minimal 10 ton. Bahkan, panen terakhir saya (musim tanam kedua) 11 ton lebih per hektar,” ujar Karjono dengan nada gembira ketika dihubungi AGRINA (12/11).
Produktivitas sebesar itu dicapai varietas Sunggal. Varietas ini paling banyak dipilih petani lantaran tahan wereng karena wilayahnya terbilang endemik serangan hama utama padi tersebut. Selain Sunggal, juga banyak varietas Situ Bagendit.
Tambahan Pendapatan
Lebih jauh Manajer Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Bagyo Mulyo di Desa Dalangan, Kec. Tawangsari, Sukoharjo, Jateng, ini, merinci tambahan pendapatan petani.
“Dari dua hektar lahan sendiri, saya bisa mendapatkan Rp110 juta dikurangi sekitar Rp15 juta. Sebelum dengan mesin, pendapatan Rp70 juta dikurangi Rp22 juta,” paparnya mencontohkan dampak positif penggunaan alsintan.
Mengapa produktivitas padi bisa lebih baik? Karjono yang tergabung dalam Gapoktan Tani Mandiri ini menjelaskan, lahan diolah dengan traktor roda empat lebih baik, tetapi memang diakuinya berbiaya lebih tinggi dibandingkan traktor roda dua.
Setelah olah tanah, bibit ditanam dengan mesin tanam (transplanter). “Pengaruh tanam pakai mesin, bibitnya kan muda. Tanamnya dangkal sehingga setiap satu rumpun bisa tumbuh 40 batang anakan itu biasa. Anakan keluar dari tunas pertama. Tanam manual itu ditekan ke dalam, jadi paling 25 anakan yang keluar dari tunas ke keempat atau kelima. Jadi, tanam dengan mesin, anakannya lebih banyak,” ulas pensiunan guru SMA Tawangsari ini.
Sementara kegiatan panen dengan mesin pemanen (combine harvester) yang lebih cepat dan efektif menarik minat petani di kanan kiri desa untuk juga menggunakannya.
Dampak positif dari aplikasi alsintan di gapoktan pemilik 9 unit traktor roda 4 dan 2, 8 unit transplanter roda 4 dan 2, serta 4 unit combine harvester tersebut menyebarkan hingga keluar kabupaten. Sampai-sampai UPJA mereka melayani permintaan olah lahan hingga ke Jepara.
Tingkatkan Produksi
Keuntungan pemanfaatan alsintan juga dirasakan Pemkab Tuban, Jawa Timur. Menurut Murtadji, Kepala Dinas Pertanian setempat, program Luas Tambah Tanam (LTT) Tuban untuk padi dan jagung melebihi target.
“Target 104 ribu ha padi tercapai 107 ribu ha. Sedangkan LTT jagung tertinggi nasional, dari target 113 ribu ha, sampai September telah tertanam 126 ribu ha,” ungkapnya kepada AGRINA di kantornya.
Di Kecamatan Widang, Tuban, yang dijadikan percontohan UPJA berprestasi mendapat bantuan mesin pengering vertikal. Dengan bantuan pinjaman Rp10 miliar yang berbunga 6%, UPJA ini memproduksi beras premium. “Berasnya sudah dipasarkan sampai ke Papua,” imbuh Murtadji ikut bangga.
Berkat aplikasi alsintan di wilayahnya, Tuban menikmati surplus pangan 56% selama lima tahun terakhir dan berhasil menyabet Penghargaan Ketahanan Pangan 2019. “Pendorong surplus adalah alsin.
Dengan traktor roda empat, Indeks Penanaman (IP) naik. Irigasi dilakukan perbaikan sehingga ketersediaan air melimpah. BIsa tiga kali tanam padi. Bahkan saat musim kemarau pun produktivitas padi bisa mencapai 10 ton/ha,” ulas Kepala Dinas.
Dari pandangan Andi Nur Alamsyah, Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, bantuan pemerintah telah mampu meningkatkan level mekanisasi.
“Kita pernah menghitung level mekanisasi, Horse Power (HP)/hektar. Secara nasional rata-rata 0,05 HP/ha pada tahun 2014, sekarang sudah naik ke 1,68 HP/ha. Cara menghitungnya, total seluruh kapasitas alat kita total dibagi luas hektar yang digarap. Ya angka ini masih jauh dari capaian Jepang dan Amerika yang stabil tinggi pada angka 7 HP/ha,” bebernya saat ditemui AGRINA di kantornya (23/10).
Menanggapi program bantuan alsintan untuk petani, Z. Rendra Nasution mengakui, perkembangan pemanfaatan 10 tahun terakhir cukup bagus, baik di padi, jagung dan hortikultura.
“Hanya yang kita minta lebih stressing lagi pembinaan petaninya untuk kesadaran, penggunaan dan pemeliharaan. Itu yang paling penting,” ujar Sales Division Head PT Satrindo Mitra Utama itu.
Hal senada diungkapkan Budi Iskandar, pemilik PT Rutan, produsen alsintan di Surabaya, saat ditemui AGRINA di sela pameran alsintan CIAME di Qingdao, China, 31 Oktober 2019.
“Pemerintah memang menaikkan produksi pangan dengan alsintan memang iya. Cuma sistemnya itu subsidi 100%. Subsidi 100% secara pribadi kurang kena karena apa? Banyak subsidi yang diberikan kurang tepat sasaran,” tuturnya.
Karena itu, menurut Budi, ada baiknya mempertimbangkan subsidi seperti pemerintah China yang hanya 50% dari harga mesin. Subsidi diberikan ke individu petani tetapi ia harus membuktikan dirinya petani dengan verifikasi misalnya dengan surat tanah.
“Pemerintah pusat memberikan subisdi 30%, pemda nambah 15-30% lagi. Jenis alsintannya sesuai permintaan pemakai,” katanya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 305 yang terbit November 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/