Foto: BMKG
Prakiraan puncak musim kemarau 2019 di Indonesia
Optimisme produksi padi 2019 boleh saja tinggi, tapi jangan lupa kendala juga harus diantisipasi.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) tetap optimistis surplus beras bakal terjadi tahun ini. Akan tetapi, keyakinan yang diusung tersebut bukan tanpa kendala di lapangan.
Selain masalah kompleks terkait budidaya, optimisme ini tampaknya terhalang ancaman kekeringan di sejumlah sentra padi di Indonesia.
Mengilas balik awal tahun, Kementan menargetkan produksi padi nasional 2019 mencapai 84 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 49 juta ton beras.
Besarnya target tersebut tak lepas dari klaim Kementan atas capaian pada 2018, yakni sebesar 83,04 juta ton GKG atau setara dengan 48,3 juta ton beras.
Di sisi lain, Badan Pusat Statisktik (BPS) mencatat, produksi padi tahun lalu sebanyak 57,47 juta ton GKG atau setara 32,95 juta ton beras.
Mengesampingkan kontrasnya perbedaan data yang terjadi, saat ini, Kementan telah menyatakan satu data atau mengikuti acuan BPS. Semester pertama 2019 telah dilewati, sejauh manakah capaiannya?
Kementan: Surplus 4 Juta Ton Beras
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi menyatakan, kekeringan yang tengah terjadi tidak akan mengganggu produktivitas secara signifikan. Hal ini lantaran pengamanan atau persiapan yang sudah dilakukan.
“Kita bahkan menanam di luar Pulau Jawa, daerah-daerah bekas rawa seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan sebagainya. Kita kembangkan saat di Jawa terjadi kemarau,” ungkap Dirjen di kantornya, Jakarta, Senin (12/8).
Menilik data luas panen dan produksi gabah berdasarakan perhitungan metode kerangka sampel area (KSA) BPS, torehan produksi menyentuh 46,94 juta ton GKG atau setara dengan 26,91 juta ton beras hingga September 2019.
Suwandi pun mengamini, potensi luas panen sampai dengan bulan yang sama berada di angka 8,986 juta ha.
“Dengan angka konsumsi 22,28 juta ton beras, terdapat surplus beras sebanyak 4,64 juta ton. Kemudian masih ada pertanaman pada September, angka final produksi masih akan terbit pada akhir Desember 2019,” jelasnya.
Di lain kesempatan, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman tidak khawatir dengan datangnya kondisi kekeringan yang berdampak pada produksi padi.
Menurutnya, Kementan telah menyiapkan infrastruktur pendukung untuk petani, seperti irigasi, pompa, dan alsintan. Belum lagi ia menyebut stok beras sebanyak 2,3 juta ton masih tersimpan di Bulog.
Mulai Agustus lalu, Kementan mendorong penanaman padi gogo seluas 500 ribu ha. Penanaman ini memanfaatkan lahan-lahan sawah sisa panen dengan kondisi tanah masih nyemek (sedikit basah).
“Pertanaman sudah dilakukan di lahan 62 ribu ha, yakni 19 ribu ha di Bekasi, 6.000 ha di Sragen (Jateng), dan sebagainya,” papar Suwandi.
Terdampak kekeringan di bawah 4%
Pada Juli lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis, hingga awal Agustus 2019 beberapa wilayah sudah mengalami kekeringan meteorologi level ekstrem. Tercatat, terdapat beberapa daerah sudah Iebih dari 60 hari tidak ada hujan, bahkan Iebih dari 90 hari.
Kondisi ini tentunya berdampak pada kekeringan lahan pertanian. Selain itu, ancaman gagal panen bagi wilayah-wilayah pertanian tadah hujan juga semakin tinggi.
Namun Suwandi mengatakan, dilihat dari rata-rata 2014 hingga sekarang, wilayah yang terdampak kekeringan atau puso masih di bawah 4%. Luas lahan terdampak, baik kekeringan ataupun puso sepanjang Januari-Juni 2019 sekitar 31 ribu ha. Tidak jauh berbeda dengan luas tahun lalu, yang mencapai 28 ribu ha.
“Yang terkena (kekeringan) di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kalau yang di wilayah utara garis khatulistiwa justru bisa menanam sekarang,” yakin dia.
Lain lagi menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa. Ia justru mengingatkan para pemangku kebijakan sebaiknya mencegah kekeringan pada Agustus. Terlebih di sentra produksi padi di Jawa, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 303 yang terbit September 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/