Jumat, 7 Juni 2019

Teknologi Nano Tingkatkan Efisiensi Pupuk 70%

Teknologi Nano Tingkatkan Efisiensi Pupuk 70%

Foto: Istimewa
Frisda Rimbun Panjaitan, nanofertilizer meningkatkan efisiensi pemupukan 70%

Biaya pemupukan dalam kebun sawit mengambil porsi sampai 60%. Namun di sisi lain, efisiensi pemupukan dan efisiensi penggunaan hara di lapangan rendah. Bagaimana jalan keluarnya?
 
Menurut  Frisda Rimbun Panjaitan, peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, “Biaya terbesar dalam produksi kelapa sawit adalah pupuk.
 
Walaupun biaya sangat tinggi, efisiensi pemupukan di lapangan tidak seperti yang diharapkan. Dari literatur, efisiensi pemupukan nitrogen maksimum 35%, salah satu hambatannya adalah imobilisasi.”
 
Dalam seminar nasional “Pupuk dan Mekanisasi” di Jakarta, beberapa waktu lalu, Frisda lebih jauh menjelaskan tentang faktor pembatas efisiensi pemupukan.
 
Imobilisasi nitrogen misalnya, terjadi ketika nitrogen (N) anorganik yang diasup ke tanaman berubah menjadi nitrogen organik sehingga tanaman tidak bisa menggunakannya sebagai bahan nutrien (hara). Selain imobilisasi, N juga bisa hilang lantaran mengalami penguapan, denitrifikasi, dan pencucian. 
 
Alumnus Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara tersebut menjabarkan, efisiensi pupuk fosfor (P) juga hanya 15%-20% lantaran terfiksasi (terikat) oleh logam berat, seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan kalsium (Ca) di dalam tanah. “Itu terjadi karena ragam pH tanah itu sendiri.
 
Bila pH terlalu asam, maka fosfat terfiksasi oleh Al dan Al ini tidak larut sehingga intake (penyerapan) tanaman terhadap pupuk ini lebih rendah,” jelasnya. 
 
Sementara efisiensi pupuk kalium (K) berkisar 35%-40% juga akibat terfiksasi dalam tanah liat. Sedangkan efisiensi unsur sulfur (S) cuma 8%-10% lantaran imobilisasi dan tercuci air.  Pun nutrisi mikro seperti Zn, Fe, Cu, Mn, dan B dapat pula terfiksasi sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
 
 
Mekanokimia Paling Strategis
 
Salah satu teknologi untuk mengatasi masalah tersebut adalah nanofertilizer atau pemupukan dengan nutrien berukuran 1-100 nanometer (1 nm = 1 x 10-9 m). Sebagai perbandingan, ukuran pori dinding sel tanaman sebesar 5-20 nm. 
 
Keuntungan pemupukan nano, menurut  peraih gelar doktor dari Muroran Institute of Technology, Jepang, pada 2017 ini, cukup banyak. “Pertama, meningkatkan efisiensi pupuk paling tidak di atas 70%.
 
Kedua, meningkatkan intake (penyerapan) tanaman terhadap pupuk yang diberikan ke dalam tanah. Ketiga, memperpanjang masa tinggal di dalam tanah, dan keempat mengurangi kehilangan di dalam tanah,” urainya. 
 
 
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 15 Edisi No. 300 yang terbit Juni 2019. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain