Foto: Galuh Ilmia Cahyaningtyas
Tidak ada over supply Day Old Chicken (DOC), karena permintaan bulan ini memang turun
Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) - Harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional di beberapa daerah mengalami penurunan. Dikarenakan anjloknya harga ayam di tingkat peternak dalam beberapa waktu terakhir. Hal tersebut disebabkan oleh permintaan yang menurun. Sedangkan stok ayam di peternak terus meningkat.
Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, anjloknya harga ayam di tingkat peternak dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh permintaan yang menurun. Sedangkan stok ayam di peternak terus meningkat.
Harga ayam di tingkat peternak saat ini tengah terpuruk. Untuk satu ekornya, harga ayam berada di kisaran Rp 16.000 per ekor padahal idealnya Rp 20.000-Rp 22.000 per ekor.
Rendahnya harga ayam membuat para peternak protes. Dengan harga Rp 16.000 per ekor para peternak rugi besar karena harga pakan masih cukup tinggi.
"Tidak ada over suply Day Old Chicken (DOC), karena ini semata-mata demand yang turun di bulan ini. Itu terjadi tahun ke tahun, di Maret terjadi penurunan demand," ujar Ketut saat jumpa pers di Kantor Kementa Jakarta, Rabu (6/3/2019).
Penurunan harga ayam ini, lanjutnya disebabkan karena permintaan terhadap daging ayam sedang menurun. Hal ini disebut biasa terjadi setiap tahun di bulan Maret. Meski pihaknya menganalisis akan banyak kegiatan atau aktivitas masyarakat yang terjadi di bulan ini, namun permintaan daging ayam tetap menurun.
"Ini yang jadi parameter tentunya karena ada beberapa kegiatan keagamaan yang berlangsung di tiap daerah. Namun permintaan juga tidak terdongkrak," lanjutnya.
Bahkan, beberapa pihak seperti integrator dan peternak mandiri akan memprediksi permintaan daging ayam justru meningkat jelang Pemilihan Umum 2019, tetapi nyatanya hal itu tidak terjadi.
"Mungkin pola kampanye sudah berbeda sehingga permintaan daging ayam biasa-biasa saja," tambahnya.
Ketut membantah kalau penurunan harga ini terjadi akibat stok Day Old Chicken (DOC) atau anak ayam sedang berlebih. Menurutnya, stok DOC di tahun 2019 sudah dikurangi sebesar 3-3,5 juta dibanding tahun 2018 lalu karena dianggap berlebih.
Stok DOC di bulan Januari saja, tercatat ada sekitar 268 juta ekor. Sedangkan di bulan Desember lalu, stok DOC tercatat sekitar 280 juta.
"Ini kan lebih banyak di bulan lalu, tapi harga justsru yang anjlok di bulan sekarang, jadi kelebihan stok tidak mungkin," tambahnya.
Namun demikian, lanjut Ketut, harga ayam di tingkat peternak bisa kembali normal dalam beberapa hari ke depan. Peningkatan harga ini mulai terlihat di sejumlah sentra peternakan ayam.
"Di Jawa Tengah harganya jatuh ke Rp 17 ribu, tapi sudah naik jadi Rp 19 ribu. Harga sampai Maret HPP (Harga Pokok Penjualan) Rp 20 ribu-Rp 22 ribu, di peternak sekarang Rp 19 ribu, di pasar Rp 34 ribu-Rp 36 ribu. Saya ambil kebijakan agar bagaimana kawan2 mendapatkan harga yang wajar. Minimal Rp 20 ribu (di tingkat petani), mudah-mudahan 1-2 hari ke depan jadi Rp 20 ribu," tandas dia.
Sementara pada kesempatan yang sama Dr. Trioso Purnawarman selaku Ketua Tim Analisa Penyediaan dan Kebutuhan Ayam Ras dan Telur Konsumsi menyampaikan, analisis supply-demand selalu dilaksanakan secara periodik, dan tidak ada over supply terhadap DOC Final Stock.
“kami sudah mengantisipasi over supply yang terjadi tahun 2018 sehingga sudah dilakukan pengurangan GPS (Grand Parent Stock) pada tahun ini. Jadi saya bisa pastikan yang diproduksi hingga bulan Maret ini tidak ada over supply,” jelas Trioso
Trioso menenggarai menurunnya harga ayam karena terjadi penurunan demand. Salah satu faktornya adalah kampanye pemilu. “Kampanye pemilu ternyata tidak secara linier berdampak terhadap peningkatan demand,” terangnya.
Alamsyah
Editor: Windi Listianingsih