Dengan memanfaatkan teknologi irigasi tetes (drip irrigation), produktivitas dan kualitas jauh lebih baik.
Tantangan paling besar di dunia pertanian adalah produktivitas yang tidak berbanding lurus dengan permintaan. Di sisi lain, kemampuan cetak sawah belum mampu mengejar luasan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi pemukiman atau usaha sekunder lainnya. Keberadaan infrastruktur seperti jaringan irigasi pun belum tertata dengan apik.
Alghienka Defaosandi, Commercial Manager Netafim Indonesia mengatakan, pemanfaatan teknologi dibutuhkan sebagai cara baru dalam berbudidaya. Dengan adanya teknologi, proses produksi akan menjadi lebih efektif dan lebih efisien. Ia mengambil contoh pemanfaatan air untuk irigasi yang sejauh ini masih sangat tidak efisien. Padahal di samping nutrisi, tumbuhan memerlukan air yang cukup.
Air menjadi faktor penting dalam pertumbuhan tanaman, terutama untuk memperoleh hasil (yield) dan kualitas yang baik. Dari 100% total penggunaan air, pertanian memanfaatkan sebanyak 70% dan sisanya 30% untuk kebutuhan residensial atau industri lainnya. “Namun dari total 70% itu, hanya 20% saja yang teririgasi dengan baik,” ungkap Algi, sapaannya, dalam seminar dengan tema “Precision Irrigation to Maximized Yield” di sela-sela gelaran Inagritech di JIExpo Jakarta, Kamis (26/7).
Lebih Efektif dan Efisien
Kebanyakan petani di dalam negeri, imbuh Algi, mengairi sawahnya dengan cara tradisional, misalnya penggenangan flooding. Irigasi dengan cara ini memang sangat mudah dan murah dilakukan ketika kondisi air mencukupi. Namun demikian, jumlah air yang diberikan ke tanaman tidak dapat dikendalikan. Dengan air yang berlebihan, justru tanaman akan dibuat layu akibat tergenang.
Di samping itu, volume air yang diberikan dari satu tanaman ke tanaman lainnya pun belum tentu sama. Hal ini mengakibatkan tanaman yang tumbuh menjadi tidak seragam. Algi menuturkan, dari 20% total sawah yang teririgasi di Indonesia, hanya 6% saja yang sudah menggunakan irigasi mikro.
Irigasi mikro yang efektif dan efisien dalam penggunaan air adalah irigasi tetes (drip irrigation). Dengan pemanfaatan teknologi irigasi presisi (precision irrigation) tersebut, semua jenis tanaman bisa tumbuh di semua jenis topografi. “Tanaman bisa tumbuh di mana pun, di semua jenis tanah, di semua iklim,” tandasnya meyakinkan.
Sementara itu, pada kesempatan lain, Petrus Andianto, Direktur PT Daya Sentosa Rekayasa, perusahaan yang bergerak di bidang irigasi, menekankan, agar hasil produksi tinggi dan berkualitas baik, setiap tanaman harus dipastikan tumbuh dengan campuran nutrisi dan air secara tepat sepanjang musim tanam.
Dengan irigasi tetes yang presisi, setiap tetes air dan dosis nutrisi yang masuk ke dalam tanaman bisa dikendalikan. Air dan nutrisi bisa diberikan pada waktu yang tepat. Dengan begitu, hasil produksi akan maksimal dan lebih seragam.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 290 yang terbit Agustus 2018. Atau, klik di : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/