Dengan aplikasi adjuvant yang ramah lingkungan, anggaran pembelian pestisida bisa dihemat hingga 50%. Efisiensi pun meningkat 10% - 40%.
Untuk mewujudkan bisnis pertanian berkelanjutan, para pelaku budidaya dituntut memanfaatkan teknologi “hijau” dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan, tetapi tetap efektif dan biayanya kompetitif. PT Pandawa Agro Indonesia, perusahaan lokal di Banyuwangi, Jatim, menawarkan adjuvant (bahan pembantu) buatan dalam negeri untuk meningkatkan efektivitas pestisida dalam pengendalian gulma dan hama.
Dosis Herbisida Cukup Separuh
Menurut Kukuh Roxa PH, Direktur Eksekutif PT Pandawa Agro Indonesia, perkebunan sawit yang luasnya belasan juta hektar juga karet, teh, tebu, dan hutan tanaman industri di Indonesia membutuhkan pestisida dalam jumlah besar. Di kebun sawit misalnya, pembudidaya mengandalkan herbisida untuk mengendalikan gulma agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Andalan mereka di antaranya berbahan aktif glifosat, parakuat, dan fluroksipir.
“Industri kelapa sawit banyak mendapat ‘serangan’ dalam hal penggunaan pestisida yang berlebihan. Karena itu kami membantu industri kelapa sawit supaya hasil aplikasi pestisida tetap bagus, tetapi mereka juga bisa mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya,” ungkap alumnus Faperta IPB 2011 tersebut pada seminar “Industri Pertanian 4.0 Menuju Indonesia 7 Besar Dunia 2030,” di JIExpo - Jakarta, 11 Juli 2018.
Kukuh dengan dua koleganya pendiri Pandawa lalu memproduksi adjuvant berbahan aktif 2-sodium amina yang dilabel Weed Solut-ion. Adjuvant ini dibuat dari 80% bahan organik lokal dan 20% bahan sintetik bukan racun. “Gunanya untuk mengurangi tegangan permukaan bahan aktif pestisida sehingga lebih mudah terserap. Biasanya pestisida tanpa campuran, hanya 30% yang terserap. Dengan bahan ini bertambah 19% sehingga total yang terserap menjadi 49%,” ulas Kukuh. Jadi, untuk mendapatkan hasil aplikasi herbisida yang sama, dosis herbisida bisa dikurangi sampai 50%.
Pihak perkebunan sawit, lanjut dia, tertarik menggunakan Weed Solut-ion lantaran ada peningkatan efisiensi sebesar 10%-40%. Efisiensi itu menyangkut teknis meratakan cairan herbisida ke permukaan gulma dan ekonomis karena harga adjuvant tersebut lebih kompetitif.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 290 yang terbit Agustus 2018. Atau, klik di : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/