Mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2024 perlu kerja sama berbagai pihak dari pemerintah, swasta, dan masyarakat petani.
BPS mencatat, penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian pada 2017 mencapai 39,68 juta orang. Saat ini Indonesia memiliki bonus demografi yang luar biasa, yaitu kehadiran usia produktif berkembang pesat. Sayang, ada ketidakseimbangan di sektor pertanian karena kebanyakan tenaga kerjanya justru berusia di atas 50 tahun.
Menurut Reiner Atto, mekanisasi memiliki peranan penting terhadap kedaulatan pangan. Saat tenaga kerja terbatas, biaya menggarap lahan padi dan jagung contohnya, akan naik dan mempengaruhi harga. “Di sini peran mekanisasi hadir untuk menjembatani masalah kurangnya tenaga kerja pertanian," jelas Product Manager Pre-Harvest Division PT Rutan, produsen mesin dan alat pertanian (alsintan) itu kepada Agrina.
Dukungan Pemerintah
Pria yang disapa Atto itu mengungkap, dalam 3 tahun terakhir dukungan pemerintah terhadap sektor pertanian sudah sangat bagus. Terbukti PT Rutan merasakan dampaknya yakni menjadi penyuplai alat-alat pertanian untuk program bantuan pemerintah buat petani sekitar 15%-20% dari total produknya. Mulai dari pompa air, traktor roda 4, mesin tanam jagung, mesin tanam padi, hingga mesin panen padi. Meski begitu, pemerintah seolah lupa melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan alsintan yang belum dipahami para petani.
Menurut Atto, pemerintah perlu memberikan pelatihan sebelum memberi bantuan mekanisasi. Jika tidak, bisa membuat alat pertanian cepat rusak karena salah mengoperasikan atau tidak digunakan sama kali karena petani tidak paham cara menggunakan.
Salah satu mekanisasi yang masih sulit diterima petani adalah alat tanam padi (transplanter). Keberadaan transplanter terpaksa mengubah cara dan kebiasaan petani dalam menanam padi. Ketika menanam padi secara manual, benih padi umur 25 hari harus dipindahtanamkan ke lahan baru. Dengan mekanisasi, pembenihan dilakukan di talam kemudian ditanam di sawah. ”Ini yang sering kali alat datang lalu mereka bingung," terangnya.
Tiga Rute Mekanisasi
Atto menyebut teknik menanam padi dan jagung dengan mekanisasi memiliki kemampuan yang lebih bagus dibandingkan pengerjaam secara manual. Namun, untuk menghasilkan produk yang bagus dan maksimal, ada 3 rangkaian pekerjaan yang harus diperhatikan, yaitu mengolah lahan dan tanam, merawat tanaman, dan panen.
Mengolah lahan dengan mekanisasi perlu analisis jenis tanah. Lahan berkontur tanah lempung yang sedikit keras dan minim kandungan air, butuh aplikasi traktor atau bajak sikal. Sedangkan tipe tanah lempung yang berpasir dan ringan, menggunakan traktor sistem rotary (pisau berputar). Karena, penggunaan bajak sikal akan memperdalam tanah dan mengakibatkan kebutuhan air dan pupuk lebih banyak. Traktor sistem rotary hanya bisa mengolah tanah hingga kedalaman 15 cm.
"Dengan begitu proses olah lahan berpasir akan lebih cepat, efisien dan hemat penggunaan air dan pupuk," jelasnya. Traktor rotary juga cocok digunakan di lereng-lereng gunung. Selanjutnya, menanam padi menggunakan transplanter dan jagung dengan corn planter.
Saat perawatan tanam, alat yang diperlukan berupa power weeder untuk menyiangi gulma. Jika kita memanen padi secara manual, bisa menurunkan hasil hingga 20%-25%. Menggunakan power thresher (perontok padi) hanya menekan kehilangan padi sekitar 12%-16%. Dengan combine harvester, kehilangan hasil panen bisa ditekan sampai 2%-5%. Selain pengerjaannya cepat, combine harvester juga dapat digunakan sekaligus buat memanen padi dan jagung. Multi Combine Harvester besutan Rutan misalnya, memiliki kapasitas input 2,5 kg padi/detik berkapasitas 0,49 ha/jam.
Widarti (Kontributor Surabaya)