Data kebutuhan air tanaman diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.
Hal tersebut penting diketahui petani. Apalagi dengan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang menyatakan gelombang panas El Nino akan melanda wilayah Indonesia. Akibat fenomena El Nino awal musim hujan 2015/2016 di beberapa wilayah dipekirakan akan mundur. Karena itu petani sebaiknya menyediakan pompa air untuk mengairi pertanamannya.
Haris Syahbuddin, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, ketidakpastian datangnya El Nino tinggi, bisa datang sekali dalam tiga atau lima tahun. Bisa juga setiap tahun datang. Jadi, dia menyarankan, petani berbudidaya di lahan yang dekat sumber air, baik air permukaan maupun sumber air dalam, sehingga saat kemarau tidak kekeringan. “Sebaiknya mempunyai pompa air menghadapi El Nino. Kalaupun, tidak ada El Nino pun, di Indonesia hanya terjadi dua musim, kemarau dan hujan. Ketika musim kemarau diperlukan pompa,” jelasnya kepada AGRINA.
Lebih jauh Haris menerangkan, bermodalkan pompa petani bisa mengairi areal persawahan sewaktu kemarau dan menguras air supaya keluar dari lahan ketika banjir. Pompa juga berperan dalam keberhasilan produksi padi. Adanya pompa masa primordia (pembentukan bunga) mampu mengamankan produksi 60%. Sedangkan pada saat pengisian biji pompa bisa mengamankan produksi 30% - 40%. “Kalau masa vegetatif tidak ada pompa bisa menyebabkan panen gagal,” cetusnya.
Haris mengajak berhitung, misalnya satu hektar lahan menghasilkan produksi 5 ton gabah. Kalau sampai kehilangan 60% akibat tanpa pompa, produksi berkurang sebesar 3 ton setara Rp9 juta dengan asumsi harga gabah Rp3.000/kg. Padahal, harga pompa tidaklah sebesar kerugian yang akan didapat petani. Jadi, “Penggunaan pompa sepadan dengan apa yang akan didapatkan petani sewaktu panen,” ujarnya.
Efisiensi Irigasi
Menurut Haris, ada beberapa jenis pompa yang digunakan dalam mengairi lahan pertanian karena kebutuhan air setiap komoditas berbeda. Misalnya, pada tanaman padi debit air 1 liter/detik dapat mengairi satu hektar lahan. Sementara pada jagung, debit yang sama bisa mengairi 1,58 ha. Sedangkan pada kedelai, debit tersebut cukup mengairi 1,67 ha. “Kenapa jagung dan kedelai lahan yang dapat diairi lebih luas karena kebutuhan airnya lebih sedikit dibandingkan padi,” jelasnya
Dia mencontohkan, satu hektar sawah ditanami padi, perlu pompa dengan kapasitas sedot 1 liter/detik. Kalau kapasitasnya di bawah itu, proses irigasi butuh waktu lebih lama. “Itu pun dengan asumsi efisiensi irigasi 100%,” cetusnya.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 11 Edisi No. 254 yang terbit pada Kamis, 6 Agustus 2015. Atau klik di www.scanie.com/featured/agrina.html, https://www.wayang.co.id/index.php/majalah/agrina