Bencana alam beruntun menghampiri wilayah sentra produksi komoditas agribisnis di Tanah Air. Petani butuh bantuan kemanusiaan dan pemulihan usaha.
Rentetan bencana tersebut mulai dari wilayah Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Erupsi Gunung Sinabung setinggi 2.500 m di atas permukaan laut tersebut memporak-porandakan pertanaman hortikultura, terutama sayuran dan jeruk, komoditas utama yang diusahakan petani di sana. Dan sungguh memprihatinkan, proses erupsi gunung ini sangat lama, sejak September 2013 telah mengeluarkan material vulkanik sehingga memaksa belasan ribu penduduk yang tinggal di kakinya mengungsi. Puncaknya ketika Sinabung mengamuk 1 Februari lalu merenggut korban jiwa, makin banyak penduduk dari 16 desa yang membanjiri 33 posko pengungsian.
Para penduduk, termasuk banyak petani hortikultura di daerah tersebut terpaksa meninggalkan tanaman mereka yang rusak parah. Tiga ribuan hektar lahan cabai hancur tak dapat dipanen. Jadi, tak hanya bantuan kemanusiaan yang mereka butuhkan, tetapi juga bantuan produktif untuk memulihkan usaha tentu sangat mereka perlukan.
Mengarah ke timur, bencana banjir pun tak kalah merugikan petani di 16 provinsi. Kementerian Pertanian mencatat sebanyak 235 ribu ha pertanaman terendam banjir. Khusus daerah pantai utara Jawa Tengah, sebanyak 11 ribu ha pertanaman padi terdampak parah sampai tak bisa dipanen alias puso akibat tergenang sampai beberapa hari. Banjir juga merusak 634 ha lahan hortikultura.
Pun kolam dan tambak berisi ikan, hias maupun konsumsi serta udang ikut terdampak pasokan air berlimpah tersebut. Kementerian Kelautan dan Perikanan mengidentifikasi pembudidaya di empat provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur terpengaruh banjir. Ikan dan udang yang diusahakan ada yang hanyut, sedangkan yang bertahan mengalami stres. Kerugian pun tak terelakkan.
Makin ke timur, kembali musibah gunung berapi juga terjadi. Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar di Jawa Timur memuntahkan material vulkanik 13 Februari 2014. Letusan dahsyat setinggi 17 km itu yang membawa lebih dari 100 juta meter kubik material vulkanik terbawa angin dan merusak rumah tempat tinggal petani beserta komoditas andalan mereka. Saking dahsyatnya erupsi itu, abu vulkanik sampai merambah wilayah Jawa Barat dan juga merusak kebun hortikultura seperti cabai.
Kini bencana itu telah mereda meskipun belum semua penduduk bisa aman kembali ke tempat tinggal mereka. Yang mereka butuhkan bukan sekadar bantuan kemanusian untuk kehidupan sehari-hari. Yang lebih penting lagi, mereka amat memerlukan uluran tangan kita semua para pemangku kepentingan agar mereka segera bisa menjalankan usaha kembali.
Pemerintah daerah bahu-membahu dengan industri terkait memang telah menunjukkan simpati mereka. Bagaimana pun bagi industri, seperti benih, pakan, obat-obatan, para korban itu juga para pelanggan produk mereka. Jadi, sangat wajar bila mereka turun ke lapangan memberikan bantuan produktif supaya para pelanggan bangkit kembali.***