Senin, 17 Pebruari 2014

LIPUTAN KHUSUS : Tidak Cukup Hanya Benih

Benih yang baik tanpa dukungan budidaya dan pendampingan, tak akan berproduksi maksimal.

Melonjaknya impor jagung pada 2013 hingga mencapai 3,2 juta ton menjadi peringatan bagi produksi jagung nasional. Angka itu menjadi angka impor tertinggi selama tiga tahun terakhir. Peningkatan produksi jagung dalam negeri jelas masih menjadi target untuk mengurangi impor jagung pakan. Karena keterbatasan lahan, upaya peningkatan produktivitas menjadi pilihan.

Pemilihan benih yang baik (baca juga Lipsus Jagung: Jangan Salah Pilih Benih) dapat dikatakan telah memberikan jaminan 50% panen bakal baik. Pasokan benih jagung nasional dipastikan terpenuhi, bahkan lebih. Bambang Budhianto memaparkan, jika dilihat dari luas tanam jagung nasional sekitar 4 juta ha, kebutuhan benih jagung sekitar 80 ribu ton.

“Status lahan terakhir ‘kan kira-kira 4 juta hektar lebih kurangnya. Nah separuhnya itu ‘kan sudah hibrida, tinggal dihitung. Kalau yang 2 juta ha sudah hibrida ‘kan rata-rata butuh 15 kg/ha. Berarti 15 dikalikan 2 juta, 30 ribu ton hibrida. Kalau tanam pakai komposit 25 kg/ha. Berarti 50 ribu ton. Jadi secara nasional sekitar 80 ribu ton,” hitung Direktur Benih, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan ini.

Siap Sedia

Membaca ketersediaan benih untuk memenuhi kebutuhan nasional memang tidak mudah. Kapasitas produksi perusahaan benih nasional terbilang cukup. Kapasitas perusahaan produsen benih jagung hibrida setiap tahun bergerak pada kisaran 40 ribu – 45 ribu ton, tergantung kondisi cuaca pada saat produksi benih.

“Kalau kondisinya sedang bagus, seperti bulan-bulan Januari dan Februari ini bahkan perusahaan-perusahaan benih itu mengajukan izin ekspor. Ada yang mengajukan ke Pakistan, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Bahkan ada yang mau mengajukan ke Afrika,” ungkap alumnus jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Bukan hanya tersedia, benih yang ada tentunya harus tersalurkan kepada petani dengan selamat. Sistem bantuan benih langsung yang menurut Bambang kurang efektif, digantikan dengan subsidi benih 50% dari harga pokok benih. Harga eceran tertinggi (HET) benih jagung komposit adalah Rp2.295/kg, dan yang hibrida Rp12.647/kg.

Untuk 2014, penyaluran benih subsidi pola tertutup ini masih akan dilanjutkan dan disalurkan ke petani dan kelompok tani pelaksana Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) atau di luar SLPTT dengan persyaratan spesifik. “Untuk benih jagung hibrida diutamakan pada daerah yang belum terbiasa menanam jagung hibrida tapi dia biasa menanam jagung komposit atau lokal. Atau di daerah pengembangan baru yang sama sekali nggak pernah tanam jagung,” urai pria 52 tahun ini.

Untuk mencapai target produksi jagung 2014, Kementan melakukan SLPTT jagung seluas 260 ha, pengembangan jagung oleh swasta seluas 3.000 ha, pembinaan dan pendampingan penanaman jagung swadaya seluas 3,6 juta ha, serta fasilitasi penanaman jagung melalui pembiayaan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) seluas 181 ribu ha.

Penyuluhan dan Pendampingan

Tanpa tindakan budidaya tepat, benih yang ditanam petani tidak akan mengeluarkan potensi optimalnya. Karena itu, selain program SLPTT dari pemerintah, perusahaan-perusahaan benih besar juga biasanya memiliki program pendampingan bagi petani pengguna benih mereka.

PT DuPont Indonesia misalnya, memberikan pendampingan bagi petani pengguna benih Pioneer sejak awal tanam hingga panen.”Kalau benihnya sudah bagus, tapi cara tanamnya salah, pupuknya keliru, airnya nggak diurus, gulmanya nggak dikendalikan, ya insya Allah hasilnya nggak akan optimal. Program pendampingan dan edukasi ini sangat penting untuk membantu petani mendapatkan hasil optimum dari benih yang dia gunakan,” jelas Mardahana, General Manager Seed, PT DuPont Indonesia kepada AGRINA.

Lain lagi dengan program yang dilakukan PT Monsanto Indonesia dengan program sanggar belajar Dekalb-nya. Sukses menggelar enam sanggar belajar pada tahun lalu, pada 23-24 Januari 2014 lalu kembali berkolaborasi dengan Dinas Pertanian daerah, Kementan, dan berbagai pemangku kepentingan untuk melipatgandakan jumlah sanggar belajar Dekalb.

“Edukasi bagi para petani benar-benar diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung nasional. Pelatihan intensif dari berbagai pihak berhasil mengubah persepsi petani yang sebelumnya menggunakan varietas open pollinated (bersari bebas), sekarang secara progresif menanam benih jagung hibrida yang produksinya lebih tinggi. Namun, masih banyak petani yang belum tahu bagaimana memaksimalkan potensi hasil dari benih hibrida, sehingga melalui DK Learning Centre ini diharapkan mampu membantu para petani dalam meningkatkan produksinya,” ujar Herry Kristanto, Corporate Affairs Lead PT Monsanto Indonesia, saat berada di Lampung.

Di sanggar belajar Dekalb, petani dapat mempelajari berbagai hal penting mengenai kiat sukses penggunaan pupuk, pengendalian hama, teknologi benih, praktik agronomis, pola tanam, kriteria panen, dan masih banyak lagi. Selain itu petani juga diperkenalkan benih hibrida terbaik yang sesuai dengan kondisi lingkungan supaya hasil panen mereka meningkat.

Tahapan Budidaya Tepat

Bukan masanya lagi menanam jagung tanpa praktik budidaya. Mulai dari perlakuan benih atau seed treatment. Marda menerangkan, “Sebenarnya kalau secara teknis, benih jagung tidak perlu ada perlakuan khusus sebelum ditanam karena benih jagung itu secara alami tidak melalui fase dormansi yang panjang seperti padi. Jadi begitu panen saat sudah masak fisiologis sebagai benih, ditanam itu dia bisa tumbuh.”

Namun, dengan banyaknya ragam penyakit tular tanah, atau hama pemakan benih, perlakuan benih sebelum tanam perlu diperhitungkan untuk mengawal benih dengan selamat selama budidaya. Biasanya, benih komersial sudah dilapisi dengan fungsida atau pestisida sebagai pelindung.

Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya jagung adalah keberadaan gulma. Tanpa disadari, gulma yang tidak diatasi dengan baik dapat menurunkan hasil panen cukup besar. “Bisa turun sekitar 20%-25%. Kalau tidak sadar, petani ‘kan melihat tanamannya sehat, tidak ada ulat, tidak ada penyakit. Tapi diam-diam hasilnya hanya 6 atau 7 ton/ha. Padahal sebenarnya bisa dapat 8 ton,” tuntasnya.

Siap tanam jagung?

Renda Diennazola, Syafnijal Datuk Sinaro, Untung Jaya, Hermai Nini

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain