Senin, 17 Pebruari 2014

LIPUTAN KHUSUS : Belanja Produk Segar di Lapak Virtual

Bisnis ini bisa dijalankan minim modal dengan keuntungan yang “segar”.

Setelah seharian bekerja, ingin memasak tapi malas ke pasar? Atau Anda repot mengurus anak-anak di rumah? Tak perlu khawatir, kini ibu-ibu sibuk pun tetap bisa menyajikan menu sehat dan berkualitas untuk keluarga. Pasalnya, saat ini sudah ada lapak virtual yang menyediakan sekaligus mengantarkan produk-produk segar ke rumah konsumen.

Lauk-pauk, sayur-mayur, buah, bahkan bumbu dapur berkualitas super bisa tersedia di rumah Anda. Caranya sangat mudah, asalkan ada perangkat elektronik yang terhubung dengan internet, Anda bisa mendapatkan semuanya di tangan.

Bisnis inilah yang ditekuni Christian Angga, pendiri Rumah Segar dan Elqee Ervan, pendiri Pasarminggu.co di Jakarta. Mereka mengawinkan antara kebutuhan konsumen, kesibukan, dan kemacetan ibukota yang parah untuk memilih bisnis on-line produk segar sebagai tumpuan hidup.

Proses mereka hampir sama. Menunggu order sampai pukul 18.00 WIB, kemudian saat dini hari mereka berburu barang pesanan pelanggan. Tak menunggu lama, barang-barang tersebut dikemas dan dipasarkan pada pagi harinya. Untuk pengiriman produk yang rentan, seperti ikan, ayam, dan daging mereka menggunakan kotak pendingin dalam pengantarannya.

Dibandingkan bisnis on-line busana fesyen dan elektronik yang telah marak, delivery service untuk bahan baku makanan segar bisa cepat mendatangkan pesanan berulang (repeat order) lebih sering.  “Kita lihat dari potential market-nya, repeat order-nya. Semua orang pasti perlu produk grocery atau produk segar dan rata-rata  satu orang itu belanja ayam itu satu minggu bisa dua kali,” alasan Christian.

Tidak mudah

Memang bisnis ini tidak mudah. Diperlukan penanganan cermat agar produk-produk mereka bisa sampai ke tangan konsumen dalam kondisi sesegar mungkin. “Jadi, belanjanya berdasarkan pesanan aja. Barang-barangnya didatangkan malam hari, langsung dibungkus dan diantarkan paginya,” beber Elqee.

Ribet, tentu saja. Pasalnya, mereka harus memilah dan memilih sekian banyak produk untuk sekian banyak pelanggan. “Di mana makin ribet, sebenarnya makin sedikit kompetitor. Makin mudah pelaksanaannya, makin banyak kompetitor dan makin mudah ditembak (jatuh),” cetus Chris bersemangat.

Sebagai biaya jasa, aku Chris, tidak banyak. Layaknya tukang sayur, harga yang disodorkan ke konsumen hanya lebih Rp1.000 - Rp2.000 per item. Kalau untuk sayuran, mereka hanya mengambil untung Rp500 per item saja.

Bagi yang ingin mengikuti jejak mereka, Elqee mengatakan, “Mulai bisnis ini nggak semudah yang dibayangkan. Namanya tukang sayur, ternyata ada susahnya juga, seperti delivery kadang sakit, dan lain sebagainya. Yang penting bagaimana pesanan sampai sesuai jadwal.”

Untuk itu sangat disarankan untuk mencari mitra yang bisa saling melengkapi. Mengenai modal, imbuh Elqee, “Saya percaya kalau ada semangat bisa memulai tanpa modal. Terus terang kita memang pakai modal, tetapi bukan modal sendiri, jadi modalnya modal orang lain.”

Pengalaman minim modal pun dibuktikan Chris. Untuk membangun sistem, ujarnya, “Modal Rp10 juta cukup banget. Soalnya, bikin sistem kita cuma butuh satu minggu.” Yah, minimal bila bergabung dengan mitra, pendanaan ini pun bisa dikeroyok bersama bukan?

Ratna Budi Wulandari

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain