Meski banyak kendala pembangunan pangan dan pertanian Indonesia pada 2013 masih memperlihatkan berbagai catatan peningkatan keberhasilan.
Tantangan lingkungan strategik yang dihadapi seperti tingginya konversi lahan pertanian, keterbatasan lahan untuk perluasan areal baru lahan pertanian, belum memadainya infrastruktur, khususnya jaringan irigasi dan sarana transportasi pertanian.
Selain itu, belum berkembangnya industri hilir, sistim logistik yang belum baik dan masih terbatasnya dukungan pembiayaan sektor pertanian, anomali iklim dan gejolak harga pangan global turut berpengaruh menekan upaya-upaya dalam peningkatan produksi pangan dan pertanian di Indonesia.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, di tengah-tengah situasi ekonomi global dan permasalahan klasik pertanian tersebut, pembangunan pangan dan pertanian Indonesia tahun 2013 masih memperlihatkan berbagai catatan peningkatan keberhasilan. “Di samping itu, tentu saja juga ada beberapa komoditi yang pencapaiannya masih belum sesuai harapan,” kata Suswono dalam acara Refleksi 2013 dan Prospek Pertanian 2014, di Kantor Kementerian Pertanian, Senin (30/12).
Dari kinerja makro, pertumbuhan PDB pertanian sampai dengan triwulan III 2013 mencapai 3,27% atau lebih rendah dari target sebesar 3,90%. Sementara indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sampai dengan Nopember 2013 mencapai 105,15 atau sesuai target indeks NTP 2013 yaitu antara 105-110.
Sedangkan, neraca ekspor impor sampai September 2013 mencapai US$13,02 milyar atau 123,31 % dari capaian pada periode yang sama di 2012, tapi target 2013 tidak tercapai yaitu sebesar US$ 44,7 milyar.
Suswono menambahkan, hingga September 2013 kinerja perdagangan pertanian surplus. Surplus neraca perdagangan pertanian masih didominasi kinerja sub-sektor perkebunan dengan surplus US$ 19,44 miyar, sedangkan neraca perdagangan sub-sektor pertanian lainnya seperti pangan, hortikultura dan peternakan masih defisit.
Defisit Daging Sapi, Kedelai
Sepanjang 2013 beberapa kebutuhan pangan dan pakan mengalami penurunan seperti Produksi jagung yang mencapai 18,51 juta ton atau menurun dibandingkan produksi pada 2012.
Selain itu, kebutuhan daging sapi (lokal) masih mengalami defisit. Produksi daging sapi pada 2011 mencapai 0,49 juta ton, Produksi daging sapi 2013 sebesar 0,43 juta ton atau lebih tinggi 2,0% dari produksi pada 2012 sebesar 0,42 juta ton. Padahal kebutuhan daging sapi pada 2013 mencapai 549.700 ton.
Defisitnya ketersediaan daging sapi ini menjadi sebab tingginya harga daging sapi. Untuk mengatasi pemerintah mengambil langkah membuka impor daging sapi berupa sapi hidup maupun daging beku. "Namun yang terjadi, walaupun pasokan daging bertambah terutama dari impor, ternyata harga daging sapi dalam negeri tidak mengalami penurunan secara nyata," ungkap Mentan.
Fenomena ini, kata Suswono, menunjukkan permasalahan mahalnya harga daging sapi bukan hanya akibat produksi yang masih belum mencukupi dan suplai, tetapi adanya permasalahan perdagangan.
Sementara produksi kedelai menurun 3,5% dari 0,84 juta ton pada 2012 menjadi 0,81 juta ton pada 2013. Menteri Pertanian, Suswono menyebut stok kedelai di Indonesia pada tahun 2013 mengalami defisit sebanyak 1,3 juta ton.
Pasalnya, produksi kedelai hanya sebesar 807,6 ribu ton, adapun kebutuhan masyarakat mencapai 2.115,7 ribu ton. Untuk menutupi defisit tersebut, Kementan terpaksa mengimpor sebanyak 1,2 Juta Ton kedelai dari sejumlah negara.
Penurunan produksi juga dialami oleh komoditas gula pasir, produksi nasional gula pasir 2,54 juta ton atau relatif menurun dibandingkan produksi pada 2012. Meski gula pasir produksi dalam negeri mengalami surplus untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi rumah tangga, tapi untuk menuhi seluruh kebutuhan nasional (termasuk untuk industri dan penggunaan lainnya) harus di impor.
Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan produksi adalah padi pada 2012 produksinya sebesar 69,06 juta ton meningkat 2,6 % atau sebesar 70,87 juta ton pada 2013.
Produksi komoditas pertanian lainnya yang mengalami peningkatan antara lain ubi kayu, kacang tanah, bawang merah, cabai, kentang, jeruk, mangga, susu, kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan lada dengan peningkatan berkisar antara 0,13% sampai dengan 27,21%.
Prediksi Pertanian 2014
Diperkirakan pada 2014, kondisi ekonomi global realtif membaik yang dicirikan dengan pertumbuhan PDB dunia yang meningkat dari 2,1 % pada 2013 menjadi 2,8 % tahun 2014. Pertumbuhan PDB tersebut diperkirakan terjadi pada negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina dan India, kecuali Jepang yang diprediksi masih akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
Analisa USDA (United States Department of Agriculture) menyebutkan produksi pangan global, khususnya beras, kedelai dan daging secara umum diperkirakan mengalami peningkatan, meski dengan laju pertumbuhan yang makin melambat. Tapi untuk jagung dan gandum, pada 2014 diperkirakan akan terjadi peningkatan produksi dari tahun sebelumnya.
Untuk komoditas perkebunan global, produksi minyak sawit diprediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi yaitu 4,72%, sementara komoditas kopi dan gula diprediksi mengalami penurunan.
Semnetara itu, untuk harga pangan global 2014, secara umum diprediksi akan stabil. Untuk beras, kedelai, gula dan daging sapi, akan cenderung sedikit menurun, sementara untuk jagung dan gandum, harganya diperkirakan akan sedikit mengalami kenaikan. Sedangkan harga komoditas perkebunan diprediksi akan naik, khususnya karet, kopi dan teh, sementara CPO dan kakao cenderung stabil.
Tri Mardi Rasa/Peni Sari Palupi