Wamen ESDM Susilo Siswoutomo (kiri) dan Wamentan
Rusman Heriawan (kanan) melihat hasil
pengolahan inti biji kemiri sunan menjadi biodiesel - Foto : Tri Mardi Rasa
Setiap tahunnya Indonesia membutuhkan 350.000 barel minyak
mentah impor untuk menutupi kebutuhan sebesar 1 juta barel, sedangkan produksi maksimum pertamina hanya
860.000 barel per tahunnya. Akibat
impor BBM tersebut defisit perdagangan Indonesia mencapai 10 miliar USD atau sekitar Rp100
triliun.
Tingginya impor BBM dan untuk menyelamatkan defisit perdagangan, salah satunya dengan meningkatkan produksi biodiesel sebagai subtitusi pengganti solar. "Dengan memanfaatkan biodiesel dari kemiri sunan kita bisa menghemat anggaran dari impor BBM," ujar Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo dalam pertemuan lapangan pemanfaatan kemiri sunan sebagai BBN di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegaran, Kementerian Pertanian, Parung Kuda, Sukabumi, Sabtu(14/12).
Susilo Siswoutomo optimis pengembangan kemiri sunan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) yang ditanam di bekas tambang. "Saya yakin 150 persen, Kemiri Sunan bisa menjawab kebutuhan biodiesel di negara kita," ujar Susilo.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan menyebutkan, siap mengawal program kerja sama pengembangan kemiri sunan sebagai biodiesel. "Jika produksi biodiesel meningkat ini bisa memperbaiki neraca perdagangan," ujarnya.
Sedangkan, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, kemiri sunan memiliki kelebihan dari tanaman penghasil biodisel lainnya. Dari sisi produktivitas minyak, kemiri sunan lebih baik dari tanaman penghasil minyak nabati lain, seperti sawit, jarak pagar atau nyamplung.
Keuntungan lainnya, kemiri sunan sudah bisa berbuah sejak umur 4 tahun dan mulai mencapai puncak berbuah pada umur 8 tahun. "Produktivitas biji bisa berkisar 50 hingga 300 kg/ph per tahun dengan rendemen minyak kasar sekitar 52 persen dan kernel dan rendemen biodisel mencapai 88 persen dari minyak kasar, sementara sisanya berupa gliserol," jelasnya.
Saat ini sudah dilakukan percontohan penanaman di lahan bekas tambang timah di Bangka Belitung yang sudah berjalan 4 tahun. “Sejauh ini tanaman dapat tumbuh dengan baik, dan masih kita tunggu biodiesel yang dihasilkan apa sama bagus dengan yang ditanam dilahan produksi," pungkasnya.
Tri Mardi Rasa