Indonesia harus memiliki perhatian lebih pada pengembangan manajemen pasca panen jagung jika ingin mencapai target swasembada jagung.
Menurut laporan United States Department of Agriculture (USDA) pada November 2013, Indonesia telah mencapai swasembada jagung untuk produksi pakan. Namun karena penanganan pasca panen yang buruk, inkonsistensi kualitas dan kandungan kadar air yang tinggi membuat jagung lokal kurang diminati produsen pakan.
USDA memprediksi, permintaan jagung Indonesia untuk kebutuhan pakan akan meningkat sekitar 6,4% atau 6,6 juta ton pada tahun panen 2013/14, yang dimulai sejak November 2013.
Sementara itu, laporan tahunan Grain and Feed Indonesia di 2013, jika faktor cuaca mendukung dan penggunaan benih jagung hibrida meningkat, produksi jagung di Indonesia diharapkan dapat tumbuh hingga 2,2% menjadi 9,2 juta ton pada tahun panen 2013/14.
Dalam upaya meningkatkan penggunaan jagung dalam negeri, para pelaku usaha pakan, pengepul, pedagang harus bekerjasama dengan petani. Agar bisa meningkatkan kinerja penanganan pasca panen, penyimpanan dan peningkatan daya simpan jagung.
Sebagai bahan baku utama pakan unggas, tentunya jagung dalam negeri yang berkualitas akan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan biaya produksi usaha ternak unggas.
Oleh karena itu untuk mengetahui teknologi terkini mengenai penanganan pascapanen, penyimpanan dan peningkatan daya simpan, para pelaku usaha yang terkait dengan pasokan jagung bisa berkunjung di Victam Asia, FIAAP Asia dan Grapas Asia 2014 di Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC), Thailand pada 8-10 April 2014
Software Aplikasi Enzim
Sementara itu, untuk mengimbangi harga bahan baku biji-bijian untuk pakan yang tinggi akibat deprisiasi harga beberapa produsen pakan di Indonesia menggunakan enzim agar bisa menurunkan biaya pakan.
Akan tetapi, bagaimana menggunakan enzim dengan dosis yang tepat merupakan sebuah problema. Sebab efek non-linier dari enzim tersebut perlu mendapatkan perhatian. Bahkan penggunaan enzim pada dosis yang salah atau pada level yang melebihi rekomendasi dapat menyebabkan kerugian dari sisi ekonomis.
Untuk mengatasi problema itu sekarang sudah tersedia software aplikasi enzim untuk industri pakan. Adifo penyedia software ini, telah mengembangkan modul enzim. “Modul enzim yang kami kembangkan dalam sebuah software yang sangat unik. Modul ini akan menyusun semua efek dari enzim,” kata Hans van der Waal, Market Development Manager Adifo.
Ia menambahkan, dengan software tersebut, bisa mengetahui efek enzim pada kelompok ternak, nutrisi dan bahan baku tertentu. ”Kita juga bisa melihat apa efek dari enzim tersebut pada fosfor, energi dan nutrisi lainnya, sehingga level penggunaan enzim yang optimal dapat dikalkulasi secara akurat,” jelas Hans.
Tri Mardi Rasa/Relvic