Menjalin kerjasama dengan Balai Budidaya Laut (BBL) Batam, Direktorat Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memulai rencana pengembangan perikanan budidaya di perairan Pulau Batam, Kepulauan Riau. “Bisnis di bidang perikanan budidaya memiliki prospek yang lebih bagus dibanding dengan perikanan tangkap. Juga karena sektor ini lebih visible, terukur dan terjamin hasilnya. Apalagi, saat ini kebutuhan ikan dunia meningkat dan sebagian besar akan dipenuhi dari perikanan budidaya” ungkap Yugi Prayanto, Wakil Ketua Kadin bidang Kelautan dan Perikanan di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Jumat (22/11).
Dirjen
Perikananan Budidaya, Slamet Soebjakto, didampingi Yugi Prayanto (kiri) dan
Raja Ariza (kanan) di Batam, Kepulauan Riau
Foto : Syaiful Hakim
Untuk itu,
Kadin melakukan kerjasama pengelolaan Karamba Jaring Apung (KJA) budidaya air
laut di BBL Batam. ”Kadin selalu ingin mengembangkan perekonomian Indonesia dengan mendukung para
pengusaha, terutama dari kalangan UKM dan menengah. Nah, untuk tahap awal ini,
kami mulai bekerjasama dengan mengoperasikan 120 lobang KJA di BBL Batam. Kira-kira sekitar Rp10 miliar akan kita kucurkan untuk
kerjasama ini,” kata Yugi.
Ditegaskan oleh Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, yang turut mendampingi rombongan Kadin, pengembangan budidaya laut memang masih memiliki peluang sangat besar. Dengan luas indikatif potensi lahan pengembangan budidaya laut nasional 3,8 juta ha baru dimanfaatkan 1,9%-nya untuk usaha budidaya. “Padahal, banyak jenis ikan konsumsi yang punya nilai jual tinggi. Di antaranya, ikan kerapu, bawal bintang, dan kakap putih, yang merupakan komoditas ekspor yang banyak diminati pasar luar negeri. Diperlukan banyak investasi guna mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya dari sektor laut dan memanfaatkan potensi alam kita secara optimal,” ujar Slamet.
Potensi Terbesar
Apalagi, tambah Slamet, untuk seluruh kawasan Indonesia, perairan laut Kepulauan Riau memiliki potensi yang terbesar. ”Hasil perikanan budidaya sektor laut dari Kepulauan Riau banyak dikirim ke sejumlah daerah di Indonesia, seperti Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Medan, Sumatera Utara dan sejumlah daerah lainnya,” tambahnya.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), seperti disampailan Raja Ariza, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepri, juga mendorong pengembangan budidaya air laut di wilayah Provinsi Kepri. “Pada 2014, provinsi akan menyebarkan 1.000 lubang KJA. Ini selaras dengan program pemerintah provinsi yang akan menjadikan Provinsi Kepri sebagai Mariculture Centre atau Pusat Budidaya Laut di Indonesia. Ini karena potensi laut yang luar biasa yang ada di provinsi ini. Potensi budidaya laut provinsi Kepri mencapai 400 ribu ha,” jelas Raja.
Ditambahkan oleh Arik Hari Wibowo, Kepala BBL Batam, untuk kebutuhan benih ikan yang akan dibudidayakan, pihaknya siap memasok jutaan benih setiap bulannya. “Kami siap mendukung dengan teknologi budidaya dan benih bagi investor yang ingin mengembangkan perikanan budidaya air laut,” tandas Arik.
Syaiful Hakim