Melemahnya ekonomi global berdampak pada lesunya usaha perkebunan di Indonesia.
Menurut Deputi Industri Primer Kementerian BUMN Muhammad Zamkani, bisnis perkebunan di Indonesia ibaratnya lagu Rhoma Irama yaitu Perjuangan dan Doa. Karena 60% bisa dilakuakn dengan berdoa dan 40 % diusahakan bagaimana caranya.
“Bisnis perkebunan di Indonesia kurang bergairah. Salah satu penyebabnya adalah krisis ekonomi global yang berakibat turunnya nilai atau harga dari komoditas perkebunan di pasar ekspor,” jelas Muhammad Zamkani di Konferensi Pers GPI Conex, forum pertemuan internasional di Aula Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (21/11).
Ia menambahkan harga komoditas perkebunan turun selama 2 tahun ini, meski 2 bulan terakhir nilai rupiah melemah sehingga pengusaha banyak mendapatkan rupiah tetapi tidak menutup harga komoditas perkebunan dunia yang terus turun.
Perubahan iklim yang mempengaruhi hasil produksi dan biaya produksi yang terus meningkat, membuat perusahaan perkebunan mau tidak mau harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada. “Perlu adanya pengembangan teknologi dan inovasi agar perusahaan bisa bertahan di tengah ketidakpastian perekonomian global dan biaya produksi yang terus naik,” sarannya.
Oleh karena itu, tambah Zamkani, yng harus dilakukan perusahaan perkebunan adalah efektivitas cost yang menambah produktivitas yang tentunya merujuk dari hasil penemuan dan inovasi baru dalam usahanya.
Tri Mardi Rasa