Berbagai tantangan hama dan penyakit selalu akan hadir. Itu sebabnya kita harus terus berinovasi agar tanaman sawit tumbuh sehat.
Untuk menemukan solusi bagi peningkatan produksi sawit dalam negeri, Syngenta meluncurkan program pembibitan yang diberi nama Crop Care From Syngenta. “Program ini merupakan solusi mengatasi masalah yang dihadapi pekebun sawit. Syngenta memiliki solusi untuk pembibitan sehat,” jelas Kasirin, Crop Marketing Manager Specialty Crop Syngenta Indonesia.
Program ini dimulai dari pemilihan benih yang bagus, yaitu benih bersertifikat resmi. Lantas, proses pembibitannya pun harus dilaksanakan seapik mungkin dengan yang ditawarkan Syngenta. “Syngenta punya Crop Grow Program yang mempersiapkan benih tumbuh sehat, daunnya sehat, dan akarnya sehat. Konsepnya adalah melindungi dari hama penyakit dan ada efek terhadap kesehatan tanaman itu sendiri,” ucap Kasirin.
Proses pembibitan dilaksanakan di tiap perusahaan yang akan menanam sawit. Pada dasarnya aplikasi yang diterapkan menggunakan insektisida dan fungisida, yaitu Amistartop dan Alika. “Dengan menggunakan Amistartop dan Alika, daun pembibitan menjadi hijau sehat dan akarnya jauh lebih banyak dan sehat,” lanjutnya. Tanaman yang memiliki perakaran kuat akan mudah saat dipindahkan. Selain menyehatkan, Amistartop dan Alika bersifat protektif dan kuratif terhadap hama dan penyakit.
Dua Tahap
Ada dua tahap yang harus dilalui, yaitu pre-nursery dan main nursery. Pada pre-nursery, aplikasi dilakukan dua minggu sekali, sebanyak lima kali, dengan konsentrasi 1 cc per liter air. Setelah 10 minggu, benih memasuki tahap main nursery. Di main nursery, aplikasi tetap dilakukan setiap dua minggu, sebanyak lima kali. Pada tahap ini, konsentrasi yang dipakai sebesar 1,5 cc per liter air. Kedua tahap ini berkisar antara enam bulan sampai satu tahun.
Aplikasi ini pun membuat tanaman lebih kuat terhadap serangan hama dan penyakit yang menjadi momok saat di pembibitan. Salah satunya, penyakit bercak daun yang disebabkan cendawan Curvularia sp. “Kalau terserang cendawan Curvularia sp., daun akan rusak lalu cendawan mengeluarkan enzim yang merusak jaringan tanaman,” terang Kasirin. Tetapi, efek dari perlindungan yang cukup sempurna membuat performa tanaman maksimal.
Setelah bibit siap, kini saatnya memasuki lahan sebenarnya. Kalau bibit ditanam di lahan replanting, yang paling berbahaya adalah serangan cendawan Ganoderma sp. Namun dengan bibit yang telah diaplikasi Amistartop dan Alika sehingga tumbuh lebih sehat tentunya bibit sawit tersebut menjadi lebih tahan. “Belum ada tanaman yang benar-benar resisten terhadap Ganoderma. Tetapi, paling tidak, bibit yang kita hasilkan ini lebih kuat,” ujarnya optimistis.
Pada kawasan yang sarat akan gulma, Kasirin merekomendasikan untuk melaksanakan aplikasi herbisida. “Yang paling aman bagi tanaman sawit itu adalah herbisida Gramoxone,” bebernya. Sebab, jika tanaman masih muda dan pendek, ada kemungkinan herbisida memercik ke daun. Dengan menggunakan Gramoxone, dengan bahan aktif paraquat yang bersifat kontak, tanaman sawit muda tetap selamat.
Ratna Budi W., Renda Diennazola, Windi Listianingsih