Setelah muak berdiam diri, akhirnya hari ini (24/4), peternak sapi perah yang tergabung dalam Dewan Persusuan Nasional (DPN) menyerukan keluhannya. Sebanyak 400 orang gabungan dari peternak sapi perah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta bersama mahasiswa Jurusan Peternakan Universitas Padjadjaran (Unpad) pun beraksi.
Kegeraman peternak sapi perah muncul lantaran mereka merasa dianaktirikan oleh pemerintah. “Ini sebagai bukti bahwa peternak sapi perah itu eksis dan ada. Selama ini kita sabar. Kita menyampaikan surat,, kita berdiskusi, dan sekarang sudah pada batas,” Kata Teguh Boediyana, Ketua DPN saat berorasi di depan kantor Kementerian Kordinator Bidang Perekonomian.
Kondisi persusuan Indonesia semakin memprihatinkan. Pasalnya saat ini industri susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 18% kebutuhan nasional. “Kalu tidak ada action jelas, tahun 2020 produksi susu dalam negeri hanya 10% dari produksi dalam negeri,” ungkapnya prihatin.
Mencegah ramalan tersebut menjadi kenyataan, silih berganti mereka menyerukan delapan tuntutan yaitu, pemerintah secara aktif memediasi peternak dengan pihak Industri Pengolahan Susu (IPS), untuk menetapkan harga susu segar, Presiden menugaskan Kementerian BUMN untuk membantu peternak sapi perah rakyat untuk dapat memperoleh pakan ternak yang berkualitas, berkelanjutan, dan terjangkau bagi peternak.
Selain itu, perlunya diintroduksi bibit baru yang berkualitas dan yang terjaga kemurniannya, segera membuat payung hukum pengganti Instruksi Presiden No 2/1985 tentang Pengembangan Persusuan Nasional yang telah dicabut pada 1998.
Juga, untuk menyerap susu rakyat, ada ‘kan Program Susu untuk Anak Sekolah berbasis susu segar. Bentuk Lembaga Pengembangan Persusuan Nasional, Berikan fasilitas agar peternak sapi perah secara bertahap bisa memiliki sapi dalam jumlah layak. Dan pemerintah membiayai lembaga yang kredibel untuk menetapkan kualitas susu yang dipasarkan di IPS.
Mengenai bibit sapi, anggota DPN Rohadi Tawaf, yang juga Dosen di Fakultas Peternakan Unpad mengatakan, Sekarang ini, bibit sapi perah habis. Ini gara-gara daging sapi naik (banyak yang dipotong). “Itu yang membuat kita susah,” tandasnya.
Selain itu, tambahnya, banyaknya sapi perah yang dipotong karena melambungnya harga daging tidak sebanding dengan harga susu segar.
Saat ini, susu di peternak dihargai Rp3700 – Rp4200/liter. Padahal susu sapi dunia mencapai Rp6000/liter. Peternak tidak meminta Rp6000 atau lebih, mereka hanya meminta harga susu sapi menjadi Rp5500/liter saja. “Kalau harga susu Rp5500/liter berarti harga di koperasi Rp5000/liter, jadi harga di peternak antara Rp4500-5000/liter,” katanya.
Menanggapi berbagai tuntutan tersebut, Edy Abdurrachman, Sesmenko Perekonomian menjamin, aspirasi peternak sapi perah akan ditindak lanjuti. “Saya terima dan saya berkomitmen, tetapi itu butuh proses. Keputusan yang dibuat harus win win,” kata Edy.
“Kita terus pantau bagaimana perkembangannya,” komentar Teguh menanggapi pernyataan Sesmenko. Semoga kabar baik bagi peternak segera berhembus.
Ratna Budi W