Selasa, 2 April 2013

Double Screening Tingkatkan Produksi Udang Windu

Tak perlu lagi takut gagal membudidayakan udang windu (Penaeus monodon). “Ini (udang windu) berpeluang untuk kita bangkitkan kembali karena teknologi kita sudah lebih mantap dibandingkan tahun 80-an,” ujar Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada acara panen udang windu di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah, Kamis (28/3).

Spesies udang asli Indonesia ini bisa dibudidayakan secara semi intensif menggunakan teknologi double screning. Menurut Totok, begitu ia disapa, teknologi double screening mampu meningkatkan produksi udang hasil budidaya. Dengan padat tebar udang 20 ekor/m2 akan menghasilkan 6 ton udang windu per ha. Teknologi double screening dilakukan dengan cara memproteksi serangan penyakit atau virus secara bertingkat dan menjaga kestabilan parameter kualitas air media pemeliharaan di areal pertambakan.

Totok menambahkan, udang windu diminati pasar ekspor seperti Jepang dan Negara-negara Eropa. ”Harganya untuk pasar ini (windu) relatif lebih tinggi dibandingkan udang vaname. Untuk size yang sama, vaname size 30-an Rp60 ribu/kg, windu bisa Rp65 ribu/kg,” terangnya.

Untuk membangkitkan semangat membudidayakan udang windu, KKP telah membuat 10 ha area demonstration farm (demfarm) di sekitar balai-balai budidaya perikanan. Ke depan, sambung Totok, KKP berencana membuat daerah khusus untuk budidaya udang windu di Provinsi Kalimantan Timur. Selain masyarakat sudah terbiasa membudidayakan udang windu dan lahan budidaya yang masih luas, lingkungan pun sangat menunjang.  

Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain