Siapa bilang buah yang dihasilkan petani lokal sulit masuk ritel modern? Ikatan Petani Melon Cilegon sukses menyasar pasar premium ini.
“Katanya kami harus menggunakan benih yang bagus agar hasil panen bagus. Tapi di pasar lokal, produk kami disamaratakan dengan yang menggunakan benih lokal. Cuma satu yang kami pikirkan, bagaimana supaya produk kami ini dihargai pasar,” tutur Agus Cahyadi, petani melon di Kp. Sukarame, Ds. Pamarayan, Kec. Jiput, Kab. Pandeglang, Banten saat ditemui AGRINA di kebunnya.
Agus mungkin hanya satu dari banyak petani hortikultura yang mengalami masalah yang sama. Di satu sisi, tuntutan peningkatan kualitas demi mendongkrak harga dan memperkuat daya saing hortikultura lokal kerap diterima petani. Namun di sisi lain, pasar lokal seperti tidak siap menjamin harga yang sepadan dengan kualitas produk mereka. Jangan heran bila petani akhirnya enggan melakukan budidaya intensif demi produk yang baik.
Pasar TerjaminKekhawatiran petani menjadi tantangan tersendiri bagi Ade Dwi Adedi, Ketua Ikatan Petani Melon Cilegon (IPMC) yang membina petani sejak 2005. Menurutnya, jaminan pasar menjadi keinginan utama petani. “Kalau sudah ada jaminan pasar ‘kan tenang, (petani) tinggal fokus on farm saja. Pokoknya, bagaimana caranya produk kita harus bagus,” tuturnya.
Upaya untuk mendapatkan jaminan pasar tidak mudah. Ade percaya, selama ada kualitas, pengakuan pasar hanya masalah waktu. Terbukti, pelan-pelan kualitas melon produksi IPMC diakui pasar, terutama ritel modern. Puncaknya, sejak tiga musim tanam terakhir, golden melon dengan label RF IPMC mendapatkan kesempatan kerjasama dengan PT Hero Supermarket melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Ayah dua anak ini mengakui, awal kerjasamanya dengan Hero Grup merupakan ketidaksengajaan. “Saya mengantarkan tamu mengunjungi kebun, seperti biasa saya cerita saja semuanya. Ternyata ada pihak Hero Grup, diajaklah saya bekerja sama,” kenangnya. Kesejahteraan petani pun terdongkrak. Dia mengakui, dengan adanya jaminan pasar, petani semakin bersemangat menghasilkan produk berkualitas premium.
Semangat Agus dalam menghasilkan melon berkualitas tinggi semakin membuncah mengingat harga yang ditawarkan Hero Grup untuk kualitas premium memang terbilang tinggi. “Kerjasama ini bagi kami merupakan sebuah harapan baru. Produk kami lebih dihargai. Selain itu, kam bisa mengirim dengan volume yang lebih banyak, tapi frekuensinya tidak setiap hari. Agak santailah,” cetus Agus.
Insentif Bagi Petani
Jaminan pasar sudah dikantongi, upaya meningkatkan kesejahteraan petani tidak berhenti sampai di situ. Ade memberikan insentif bagi petani yang berhasil memenuhi standar kualitas Hero Grup. “Ketika bagus, jangan hanya diambil, kasih insentif. Jadi adil, ada penghargaan untuk mereka. Sebaliknya, kalau produknya jelek, kita diskusikan sebabnya dan bimbing penjualannya walaupun bukan ke Hero. Reward dan punishment-nya harus jelas,” tegas lulusan STIA Serang ini.
Meskipun tidak besar, insentif yang diberikan cukup memantik semangat petani. Saat AGRINA dan Ade berkunjung ke kebun melon yang dikelola Agus, dia menyambut dengan wajah semringah. “Wah Pak, siap-siap insentif ini mah. Sudah manis pisan, lebih dari 11 briks ini mah,” ujar Agus dengan logat Sunda kepada Ade.
Melon jenis sky honey atau dikenal sebagai melon citra yang ditanam Agus memang diniatkan sebagai melon eksklusif yang hanya akan dijual ke Hero Grup. Rasanya yang manis dengan tekstur daging lembut dan kulit tipis memang menjadi unggulan. Menurut Ade, tingkat kemanisan melon ini minimal 12 briks dengan umur panen 63-65 hari.
“Kita kasih insentif kalau berhasil mencapai 12 briks. Bahkan saya bisa lebihkan dari insentif. Karena kalau kita berani mencantumkan manis, apalagi mencantumkan briksnya, ini tanggung jawab moral yang besar kepada konsumen. Komitmen ini yang harus selalu kita jaga,” tegas Ade.
Belum lagi, menurut Agus, dengan biaya tanam melon rata-rata sekitar Rp5.000/tanaman, dia dapat menghasilkan minimal 1,5 kg melon/tanaman. Di pasar lokal, ia menjual melonnya dengan harga Rp8.000 -Rp9.000/kg. Untung sudah dikantongi. Apalagi, harga yang ditawarkan Hero Grup jauh melebihi harga pasar. Ditambah insentif, senyum petani berusia 39 tahun ini pasti semakin mengembang karena hasil panennya dihargai lebih.
Fleksibel
Kerjasama Hero Grup dengan IPMC terbilang fleksibel. Rata-rata, dalam seminggu IPMC memasok sekitar 20-30 ton melon dengan label RF IPMC ke Hero Grup. “Secara volume sebenarnya mereka fleksibel. Katakanlah saya panen 3 ton, tapi ternyata yang lolos sortir hanya 1,5 ton. Nggak ada penalti dari mereka. Kecuali kalau lebih, baru nggak boleh,” papar Ade.
Kualitas melon yang diminta pun tidak muluk-muluk, tetapi tetap berkualitas premium. Melon yang masuk ke dalam grade A atau kualitas premium misalnya, minimal berbobot 1,4 kg, kulit mulus, tanpa cacat atau retak, dan tentu saja dengan rasa yang manis.
Program CSR PT Hero Supermarket yang membantu petani dalam melakukan pembinaan pascapanen menjadi ilmu baru bagi Ade dan petani-petani binaannya. Tidak hanya turun langsung ke lapangan, tim Hero Grup pun membawanya survei langsung ke tiga gerai Hero Supermarket di Jakarta untuk melihat bagaimana pengemasan produk premium yang diinginkan konsumen.
“Istilahnya, kalau bicara bisnis, seharusnya kami yang butuh mereka. Tapi di sini mereka sangat membantu. Ini yang membuat saya berucap, Subhanallah. Saya yang harus pegang komitmen. Saya bilang, kalau ada melon dengan label RF di tempat lain, silakan tegur saya. Kami sudah diberi kesempatan ini, jadi harus sama-sama dijaga dengan baik kepercayaan mereka,” tuturnya haru.
Melihat potensi Kec. Jiput dalam budidaya sayuran, peluang pun terbuka lagi. Justru petani di Jiput lebih dahulu mengembangkan sayuran daripada melon “Disini ‘kan kepemilikan lahannya kecil-kecil. Satu petani itu punya lahan maksimal 0,5 ha. Jadi yang paling cocok memang sayuran. Setelah panen melon, ini kami akan tanam sayuran,” beber Agus.
Ade mengakui ada wacana dari pihak Hero Supermarket untuk menerima pasokan sayuran dari beberapa kelompok tani yang ada. “Potensinya memang ada. Mungkin nanti label IPMC pun akan diganti dengan IPMJ, Ikatan Petani Melon Jiput. Untuk sayuran, nama Jiput pun akan terangkat,” pungkasnya.
Renda Diennazola, Liana Gunawati