Senin, 4 Maret 2013

LIPUTAN KHUSUS : Rahasia IPMC Hasilkan Buah Berkualitas

Buah premium tidak mudah dihasilkan, tapi juga tidak sesulit yang dibayangkan. Pemupukan salah satu kuncinya.

Pelan tapi pasti. Itu kalimat yang pas dalam menggambarkan pengembangan budidaya melon di wilayah Banten. Bermula dari wilayah Cilegon, selanjutnya menyebar ke Serang, Rangkasbitung, Tangerang, Anyer, Pandeglang, Labuan, dan Panimbang. Melon asal Banten semakin diperhitungkan di pasaran.

Ade Dwi Adedi, Ketua Ikatan Petani Melon Cilegon (IPMC) berpendapat, melon gampang-gampang susah dibudidayakan. “Melon ini ‘kan harus dilihatin terus, dipantau secara intensif. Untuk mendapatkan buah yang baik harus usaha lebih. Tapi kalau sudah tahu teknik budidaya yang tepat, gampang-gampang saja. Itu yang saya terapkan pada petani,” cetus Ade ketika berbincang dengan AGRINA.

Pemupukan menjadi satu tahapan penting yang harus diperhatikan dalam menghasilkan buah berkualitas. Ade membuktikan, paket pemupukan melon yang direkomendasikan Saprotan Utama menjadi pilihannya dalam budidaya melon binaannya. “SU (Saprotan Utama) itu mulai dari pupuk, pestisida, ‘kan komplit. Jadi udah nggak ribet. Suplainya juga full,” komentarnya.

Apalagi, saat ini buah melon dengan label RF IPMC itu mulai merambah ritel modern. Kerjasama dengan PT Hero Supermarket menuntutnya untuk selalu menghasilkan buah berkualitas premium. “Tanggung jawab kita sampai ke tangan konsumen, kita harus siap. Tanggung jawab moralnya besar,” tambah suami Mulyasih ini.

Buah Tahan Lama

Paket pemupukan yang diberikan Saprotan Utama sangat berpengaruh pada kualitas buah. Ade mengakui, buah melon yang dihasilkan lebih manis dan dengan daya simpan lebih lama. Pernyataan itu diamini Sarwani, salah satu petani melon binaannya di wilayah Anyer, Banten. “Tanamannya lebih cepat tumbuh, buahnya juga besar-besar,” tuturnya lugas.

Paket pemupukan melon dari Saprotan Utama terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa 500 kg/ha Saprodap dan 150 kg/ha CSN (CPN/KNO3 merah) ditabur merata di bedengan sebelum ditutupi mulsa plastik. Namun mempertimbangkan kondisi lahaannya, Sarwani melakukan modifikasi dengan mencampur 150 kg/ha Saprodap dan 150 kg/ha Ferthipos. “CSN diganti dengan NPK Pak Tani 16-16-16 sebanyak 100 kg/ha,” tambah Akhmad Zaky, Agronomist Saprotan Utama wilayah Banten.

Selanjutnya adalah paket pemupukan susulan yang dibagi pada tiga tahap. Tahap pertama diberikan pada 7, 14, dan 21 hari setelah tanam (HST) berupa 4 sendok makan CPN/KNO3 merah dan 3 sendok makan Ultradap. Tahap kedua saat pembentukan bunga dan buah diberikan pada 28 dan 35 HST. Dosisnya, 5 sendok makan PN/KNO3 putih dicampurkan dengan 3 sendok makan MKP. Selanjutnya, tahap ketiga saat pengisian buah diberikan pada 42 dan 49 HST berupa 6 sendok makan PN dan 3 sendok makan MKP.

Semua jenis pupuk tersebut dilarutkan dalam 10 liter air untuk disiramkan pada 50 tanaman atau 200 ml/tanaman. Metode pengukuran dengan menggunakan takaran sendok atau jumput memang biasa digunakan Ade agar lebih mudah dimengerti petani binaannya. “Aplikasinya harus sangat mudah dipahami petani, makanya takaran yang dipakai biasanya sendok, tutup botol, atau jumputan menggunakan jari,” terangnya.

Renda Diennazola, Liana Gunawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain