Perekonomian Indonesia tumbuh pesat, hal tersebut
dibarengi dengan tumbuhnya industri peternakan khususnya ayam broiler. Industri
perunggasan tumbuh pesat dari hulu sampai ke hilir. Bahkan, konsumsi ayam
Indonesia saat ini didominasi oleh ayam broiler mencapai 66,5%. Sayangnya konsumsi daging ayam dan telur Indonesia
masih rendah dibandingkan negeri jiran. Pemerintah dan Pelaku perunggasan terus
berupaya mengajak masyarakat untuk meningkatkan konsumsi daging dan telur. Hal
ini mengemuka dalam Forum Indonesian Poultry Club (IPC),
yang membahas tantangan dengan tema “Indonesia :
Double Consumption Produk Unggas, SIAPKAH?” di
Jakarta, Selasa (15/1). Sementara itu, beberapa bulan lalu (Oktober 2012)
Pemerintah melalui Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, bertekad
mendongkrak konsumsi ayam dan telur menjadi dua kali lipat (double consumption)
dalam 5 tahun mendatang. Angka konsumsi daging ayam yang sekarang sekitar 7
kg/kapita/tahun di target pada 2017 menjadi14 kg/kapita/tahun. Ketika Wacana pengandaan konsumsi daging ayam ini dicanangkan, tentunya
yang menjadi pertaanyaan adalah “Siapkah?” pelaku usaha perunggasan dari hulu
hingga hilir ketika wacana ini direalisasikan. Stakeholder perunggasn pun harus siap bertanggung jawab dan
mendukung program ini. Sebab Untuk mewujudkan target ini, butuh strategi dan dukungan dari seluruh
pelaku perunggasan, terkait langkah promosi/kampanye, penyediaan kebutuhan
bibit ayam, pakan, obat-obatan, sampai pengembangan industri hilirnya. Menurut Ketua Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin),
Achmad Dawami, jika ingin melipatgandakan jumlah konsumsi daging ayam itu perkara mudah. Tapi harus diadakan sebuah
penyatuan dari seluruh pihak perunggasan mulai dari breeder hingga target market-nya. Sedangkan Direktur Budidaya Ternak Kementerian Pertanian Fauzi Luthan yang
mewakili Wakil Menteri Pertanian mengatakan semua pihak harus siap untuk
mengimplementasikan program ini karena masyarakat memerlukan gizi semakin
meningkat. Konsumsi protein hewani berasal dari unggas mencapai 66,5% sehingga
menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan protein tersebut. “Tapi
untuk mewujudkan wacana ini benar-benar perlu kerja sama dan kolaborasi dari
pihak pemerintah maupun pelaku usaha,” katanya . Sementara itu, Direktur Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo yang mewakili
Wakil Menteri Perdagangan menambahkan meski tidak banyak terlibat dengan dunia
perunggasan tetapi Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menyiapkan dengan
baik implementasi penggandaan konsumsi ini. Selain itu, keterlibatan Kemendag sangat penting terkait harga produk
unggas terutama telur dan ayam yang sering bergejolak serta pengelolaan impor
produk dari luar negeri yang butuh kestabilan dan kebijakan. Juga ditambahkan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan
Indonesia, Anton J Supit, untuk mencapai target Double Consumption harus dipertimbangkan income masyarakat
Indonesia. Sebab hal ini juga akan mempengaruhi daya beli atau spending masyarakat untuk makanan. Penggandaan konsumsi daging
ayam ditanggapi antusias oleh Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak ayam
Nasional (GOPAN), Tri Hardiyanto. Ia menilai, untuk Pulau Jawa khususnya
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), konsumsi daging
ayam cukup tinggi. Tingkat konsumsi ini menurutnya belum merata terutama di wilayah timur
Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua. Peternak siap dengan
pasar yang ada tapi apakah pasar juga siap menerima produk ayam ini. Pengamat perunggasan dari Institut Pertanian Bogor, Arief Daryanto
menyoroti pasar brolier
yang ada di Indonesia masih mengandalkan bentuk hidup (live bird).
Bila pemasaran produk ayam masih seperti ini, sulit target tersebut tercapai. Arief mengatakan target double consumption
produk ayam harus dimulai dengan langkah promosi atau kampanye publik agar
preferensi konsumen mengonsumsi ayam dalam bentuk karkas beku bahkan olahan
lebih baik. Karena itu, upaya pembenahan sektor hulu harus diberangi dengan
pengembangan hilir, juga termasuk rantai pemasaran sampai industri pengolahan. Selanjutnya Achmad Dawami mengatakan, dukungan pemerintah mutlak dibutuhkan
agar sasaran target double
consumption tercapai. Pemerintah juga harus membuat tim dari
berbagai elemen dan kementerian untuk menyusun grand design. Tri
Mardi Rasa