Rabu, 16 Januari 2013

Indonesia Double Consumption Siapkah ?

Perekonomian Indonesia tumbuh pesat, hal tersebut dibarengi dengan tumbuhnya industri peternakan khususnya ayam broiler. Industri perunggasan tumbuh pesat dari hulu sampai ke hilir. Bahkan, konsumsi ayam Indonesia saat ini didominasi oleh ayam broiler mencapai 66,5%.

Sayangnya konsumsi daging ayam dan telur Indonesia masih rendah dibandingkan negeri jiran. Pemerintah dan Pelaku perunggasan terus berupaya mengajak masyarakat untuk meningkatkan konsumsi daging dan telur. Hal ini mengemuka dalam Forum Indonesian Poultry Club (IPC), yang membahas tantangan  dengan tema “Indonesia : Double Consumption Produk Unggas, SIAPKAH?” di Jakarta, Selasa (15/1).

Sementara itu, beberapa bulan lalu (Oktober 2012) Pemerintah melalui Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, bertekad mendongkrak konsumsi ayam dan telur menjadi dua kali lipat (double consumption) dalam 5 tahun mendatang. Angka konsumsi daging ayam yang sekarang sekitar 7 kg/kapita/tahun di target pada 2017 menjadi14 kg/kapita/tahun.

Ketika Wacana pengandaan konsumsi daging ayam ini dicanangkan, tentunya yang menjadi pertaanyaan adalah “Siapkah?” pelaku usaha perunggasan dari hulu hingga hilir ketika wacana ini direalisasikan. Stakeholder perunggasn pun harus siap bertanggung jawab dan mendukung program ini.

Sebab Untuk mewujudkan target ini, butuh strategi dan dukungan dari seluruh pelaku perunggasan, terkait langkah promosi/kampanye, penyediaan kebutuhan bibit ayam, pakan, obat-obatan, sampai pengembangan industri hilirnya.

Menurut Ketua Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin), Achmad Dawami, jika ingin melipatgandakan jumlah konsumsi daging ayam  itu perkara mudah. Tapi harus diadakan sebuah penyatuan dari seluruh pihak perunggasan mulai dari breeder hingga target market-nya.

Sedangkan Direktur Budidaya Ternak Kementerian Pertanian Fauzi Luthan yang mewakili Wakil Menteri Pertanian mengatakan semua pihak harus siap untuk mengimplementasikan program ini karena masyarakat memerlukan gizi semakin meningkat. Konsumsi protein hewani berasal dari unggas mencapai 66,5% sehingga menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan protein tersebut. “Tapi untuk mewujudkan wacana ini benar-benar perlu kerja sama dan kolaborasi dari pihak pemerintah maupun pelaku usaha,” katanya .

Sementara itu, Direktur Perdagangan Dalam Negeri, Gunaryo yang mewakili Wakil Menteri Perdagangan menambahkan meski tidak banyak terlibat dengan dunia perunggasan tetapi Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menyiapkan dengan baik implementasi penggandaan konsumsi ini.

Selain itu, keterlibatan Kemendag sangat penting terkait harga produk unggas terutama telur dan ayam yang sering bergejolak serta pengelolaan impor produk dari luar negeri yang butuh kestabilan dan kebijakan.

Juga ditambahkan oleh Ketua Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia, Anton J Supit, untuk mencapai target Double Consumption harus dipertimbangkan income masyarakat Indonesia. Sebab hal ini juga akan mempengaruhi daya beli atau spending masyarakat untuk makanan.

Penggandaan konsumsi daging ayam ditanggapi antusias oleh Ketua Umum  Gabungan Organisasi Peternak ayam Nasional (GOPAN), Tri Hardiyanto. Ia menilai, untuk Pulau Jawa khususnya Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), konsumsi daging ayam cukup tinggi.

Tingkat konsumsi ini menurutnya belum merata terutama di wilayah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua. Peternak siap dengan pasar yang ada tapi apakah pasar juga siap menerima produk ayam ini.

Pengamat perunggasan dari Institut Pertanian Bogor, Arief Daryanto menyoroti pasar brolier yang ada di Indonesia masih mengandalkan bentuk hidup (live bird). Bila pemasaran produk ayam masih seperti ini, sulit target tersebut tercapai.

Arief mengatakan target  double consumption produk ayam harus dimulai dengan langkah promosi atau kampanye publik agar preferensi konsumen mengonsumsi ayam dalam bentuk karkas beku bahkan olahan lebih baik. Karena itu, upaya pembenahan sektor hulu harus diberangi dengan pengembangan hilir, juga termasuk rantai pemasaran sampai industri pengolahan.

Selanjutnya Achmad Dawami mengatakan, dukungan pemerintah mutlak dibutuhkan agar sasaran target double consumption tercapai. Pemerintah juga harus membuat tim dari berbagai elemen dan kementerian untuk menyusun grand design.

Tri Mardi Rasa


 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain