Menindak lanjuti Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani pada 31 Maret 2011, Kementerian Pertanian (Kemtan) dan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) pun menugaskan 60 orang Profesor Riset dan peneliti senior untuk melakukan kajian intensif yang dilakukan di daerah perbatasan dan kawasan sub-optimal yaitu di Propinsi Jambi (Tanung Jabung Timur), Kalimantan Selatan (Kab. Hulu Sungai Utara) dan NTB (Kab. Bima).
Menurut Kepala Badan Litbang Pertanian, Haryono pada temu wartawan, berdasarkan laporan dari paparan tim di wilayah perbatasan dan lahan sub-optimal terlihat bahwa produktivitas usaha tani masih rendah dan petani belum mendapatkan harga jual yang layak. Persoalan utamanya terkait dengan minimnya infrastruktur dasar seperti jalan dan sarana dan prasarana pertanian, di beberapa tempat malah terisolir melalui hubungan darat.
Terbatasnya ketersediaan tenaga kerja dan sulitnya akses terhadap teknologi serta berbagai persoalan budidaya, menyebabkan kegiatan pertanian di wilayah perbatasan dan lahan sub optimal, belum dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. “Padahal perubahan iklim akan mengancam 60% negara penghasil beras,” kata Haryono di Jakarta, Selasa (27/11).
Sementara itu, berdasarkan hasil simulasi litbang, untuk meningkatkan produksi di dua daerah tersebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti perbaikan jaringan irigasi, menekan kehilangan hasil dan penekan alih fungsi lahan pun harus dilakuan. Tak hanya itu, pemeliharaan tanaman yang baik mulai dari budidaya, pemupukan, dan perlakuan pascapanen pun harus diterapkan.
“Saya sangat apresiasi dengan Kab. Tanjung Jabung Timur,” kata Haryono. Karena kabupaten yang teletak di pedalaman ini telah membuat tata ruang sekaligus perda yang mampu mengamankan 17 ribu ha lahan sawah abadi dari 42 ribu ha lahan yang ada.
Hasilnya, tambah Haryono, ternyata kearifan lokal, potensi lokal baik lahan maupun tanaman di masing-masing daerah kuat. Ini merupakan golden treasure (harta karun) yang terpendam.
Pantas saja, menurut Sumardjo Gatot Irianto, Dirjen Prasarana dan Sarana (PSP) Kementan, “Lahan sub-optimal luasnya mencapai 189 juta hektar.” Dengan perincian lahan kering masam 108 juta ha, lahan kering iklim kering 13,2 juta ha, lahan rawa pasang surut 11 juta ha, lahan rawa lebak 9,2 juta ha, lahan rawa gambut 14,9 juta ha, lainnya 31,85 juta ha.
Ratna Budi W