Merosotnya hasil perikanan tangkap membuat kita harus rajin-rajin melakukan inovasi. Salah satu cara yang ditempuh oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah menerapkan konsep blue economy. “Melalui blue economy kami ingin menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi dan sumber ketahanan pangan Indonesia,” kata Sharif C. Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan dalam acara welcome meeting dengan Gunter Pauli, Founder of ZERI (Zero Emissions Research Institute) di Ritz Carlton, Jakarta, Minggu (25/11).
Sharif menambahkan, percepatan dan perluasan pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari prinsip-prinsip ekonomi biru (blue economy) yang cocok diterapkan dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah yang berdampak pada meningkatnya pendapatan pelaku usaha dengan tidak merusak lingkungan.
Dengan luas laut yang mencapai 70% dan panjang pantai berkisar antara 81 ribu km tentu hal ini menjadi mungkin. Pasalnya, Maroko, salah satu negara yang menerapkan konsep ini memiliki pencapaian yang luar biasa. Menurut Pauli, Maroko yang memiliki wilayah yang jauh lebih kecil saja mampu meningkatkan sumber daya laut mereka dua kali lipat.
Teknologi yang Maroko terapkan adalah penangkapan ikan tanpa jaring. Ikan hasil tangkapannya tidak dibekukan tetapi didinginkan seperti ikan masih tidur. Bahan bakar pun menggunakan bahan bakar terbarukan seperti angin, tenaga surya, dan arus. Bahkan, nelayan mampu memproses omega 3 diatas perahu kapal. “Pada umumnya nelayan menerima 2.000 dolar, sekarang mendapatkan 10 ribu dolar. Dengan blue economy lebih banyak income, lebih banyak lapangan kerja, dan keberlanjutan,” ujar Pauli.
Selain itu, pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pemberantasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja) dan pro-environment (melestarikan lingkungan). “Tujuan kita bagaimana mendapatkan value added sehingga meningkatkan daya saing di dunia,” pungkas Sharif.
Ratna Budi Wulandari