Di tengah-tengah meningkatnya produksi crude palm oil (CPO), organisasi nirlaba internasional Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) berharap perkebunan sawit Indonesia tetap memperhatikan kaidah-kaidah berkelanjutan (sustainable) mengingat kebutuhan akan minyak sawit semakin tumbuh.
Untuk itu, RSPO terus mengingatkan pada semua industri perkebunan sawit, baik di hulu maupun hilir, agar ramah lingkungan dengan mengantongi certified sustainable palm oil (CSPO). Namun, hingga kini, industri ritel di Tanah Air yang memakai logo CSPO baru minyak goreng Eco Planet yang dikeluarkan oleh Carrefour. Logo CSPO itu tercetak pada kemasannya.
Ke depannya, RSPO berharap agar produsen margarin turut mencantumkan logo CSPO. “Kantor kami kedatangan produsen margarin yang memasok barangnya tidak ke ritel, tapi ke pabrik roti. Perusahaan semacam itu potensial menerapkan logo CSPO,” ungkap Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia, di Gedung WTC Jakarta (19/11).
Menurut Desi, di Indonesia sendiri baru tiga perusahaan produsen CPO dan produk turunannya yang mengantongi CSPO. Di antaranya, PT Asian Agri, PT Hindoli, dan PT Musim Mas. Melihat hal itu, RSPO akan mengajak ketiga perusahaan tadi agar ikut mencantumkan logo CSPO, termasuk pada produk turunannya. “Tiga perusahaan yang sudah menjadi anggota kami, ataupun produsen sabun, minyak goreng yang memakai bahan sawit, potensial menggunakan CSPO trademark,” harap Desi.
Lebih dari itu, ditambahkan oleh Darrel Webber, Sekretaris Jenderal RSPO Internasional, rencananya pada 2015 nanti diharapkan serapan produk sawit yang ramah lingkungan di pasar dunia bisa mencapai 9,8 juta ton. Bahkan, ada kemungkinan yang akan menerapkan syarat berkelanjutan ini tidak hanya Eropa, Amerika atau anggota RSPO saja. Tapi, juga semua negara yang makin peduli terhadap konsep ramah lingkungan ini.
Seperti diketahui, berdasarkan data RSPO, saat ini sudah ada 700 ribu ha lahan sawit atau sekitar 10% dari total perkebunan sawit yang ada di Indonesia mengantongi CSPO.
Yuwono Ibnu Nugroho