Produksi karet rakyat rendah karena masih banyak tanaman mereka yang tidak produktif. Sebelum peremajaan dilakukan, pilih dulu klon yang sesuai.
Kondisi kebun karet rakyat yang porsinya mencapai 85% dari total luas areal perkebunan karet nasional masih terbilang memprihatinkan. Sebagian besar berupa “hutan karet” dengan umur tanaman yang sudah tua dan tidak produktif.
Peremajaan tanaman karet rakyat menjadi langkah penting yang harus segera dilakukan. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta ton pada 2025. Sasaran ini hanya akan tercapai jika minimal 85% dari perkebunan karet rakyat telah menggunakan klon-klon unggul yang lebih produktif.
Klon Anjuran
Pemulia tanaman karet telah banyak menghasilkan klon-klon anjuran yang berpotensi hasil tinggi. “Klon anjuran itu adalah klon-klon yang sudah terpilih, dan bisa dianjurkan secara luas,” ujar Ir. Muji Lasminingsih, MS., peneliti pemuliaan karet, Balai Penelitian (Balit) Sembawa, Pusat Penelitian (Puslit) Karet, saat ditemui AGRINA di kantornya akhir Oktober 2012 lalu.
Klon anjuran mengacu pada produksi lateks dan kayu karet. Klon dengan produksi lateks sangat tinggi, tetapi produksi kayu relatif rendah-sedang, dikelompokkan dalam klon lateks. Sedangkan klon dengan produksi lateks dan kayu yang tinggi, dikelompokkan dalam klon lateks-kayu.
Klon IRR 105, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, dan PB 340 adalah klon-klon yang dikelompokkan dalam klon lateks. Sedangkan IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, IRR 119, dan RRIC 100 dikelompokkan dalam klon lateks-kayu. Selain itu, ada pula klon yang dianjurkan sebagai batang bawah, yaitu AVROS 2037, GT 1, BPM 24, PB 260, RRIC 100, dan PB 330.
Muji mencontohkan keunggulan IRR 118. “Matang sadap umur 3,5 tahun, tapi dengan pemupukan intensif, pengolahan tanah yang bagus. Kemampuan produksinya 1.500 kg/ha/tahun, ini berupa karet kering,” paparnya.
Sesuaikan Lahan
Klon anjuran bukan berarti klon ini dapat memberikan hasil yang baik di manapun ditanam. Kesesuaian iklim tetap perlu diperhatikan demi mencapai hasil optimal. Klon RRIC 100, BPM 1, IRR 118, PB 260, IRR 32, dan IRR 39 direkomendasikan untuk ditanam di wilayah iklim basah dengan curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun, atau tanpa bulan kering.
Sementara klon BPM 24, BPM 107, PB 217, PB 260, BPM 109, PR 255, PR 261, AVROS 2037, BPM 1, PB 30, IRR 32, IRR 39, dan RRIC 100 lebih disarankan untuk pengembangan di wilayah iklim sedang dengan curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun. Sementara di wilayah iklim kering dengan curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun , atau 2-4 bulan kering, dianjurkan memilih klon PB 260, IRR 118, BPM 1, BPM 109, BPM 107, IRR 39, dan IRR 32.
Muji menambahkan, “Pada daerah-daerah basah biasanya ada kendala, yaitu penyakit daun karena lembap. Jumlah hari sadap biasanya tidak penuh karena terhalang hujan. Sementara pada kondisi kering, biasanya pertumbuhan tanaman akan lebih lambat dibandingkan kondisi sedang. Jadi pada kondisi sedang, pemilihan klonnya akan lebih leluasa,” tuturnya.
Renda Diennazola, Syatrya Utama