Jumlah anakan memang lebih sedikit, tapi malai lebih lebat dan kaya akan bulir di setiap tangkainya.
Peningkatan produksi masih menjadi pilihan utama dalam menuju swasembada beras nasional. Target masih belum berubah, surplus 10 juta ton beras pada 2014 mendatang. Pemilihan benih unggul sama pentingnya dengan teknik budidaya. Jika benih unggul dengan potensi hasil tinggi, didukung teknik budidaya yang baik pula, peningkatan produksi bukan mustahil akan tercapai. Ditambah lagi, lahirnya berbagai varietas unggulan baru dengan potensi hasil tinggi, dapat menjadi pilihan.
Padi Tipe Baru
Kebutuhan peningkatan produksi turut memacu para peneliti untuk melahirkan berbagai varietas unggul baru. Hajrial Aswidinnoor, pemulia tanaman IPB pun memperkenalkan beberapa varietas unggul pada September lalu. “Jadi ada 7 varietas. Lima varietas padi rawa dan dua varietas padi sawah,” katanya saat ditemui AGRINA di kantornya di lingkungan kampus IPB Dramaga, Bogor.
Varietas padi baru yang diperkenalkan, menurut dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB ini, merupakan padi tipe baru. Jika padi yang dikenal selama ini mengunggulkan struktur tanaman yang dibuat pendek dengan anakan banyak, sekitar 15-16, padi tipe baru justru dirancang dengan anakan yang lebih sedikit atau sekitar 10-12 anakan per rumpun.
“Anakannya dikurangi sedikit, tapi malainya lebat. Kalau padi yang biasa, petani bisa dapat 150 bulir per tangkai saja sudah bagus. Nah, yang tipe baru ini kita seleksi sehingga jumlah gabah per tangkainya bisa di atas 200 atau 250. Kalau ditunjang budidaya yang bagus, potensi produksinya bisa tinggi,” papar peraih peringkat tiga, dosen berprestasi IPB 2012 ini.
Potensi Hasil Tinggi
Varietas padi sawah, IPB 3S dan IPB 4S menyimpan beberapa keunggulan. IPB 3S, tutur Hajrial, memiliki potensi hasil hingga 11,23 ton GKG/ha, sedangkan IPB 4S berpotensi menghasilkan 10,56 ton GKG/ha. Dari 19 lokasi pengujian, rata-rata kedua varietas ini dapat menghasilkan 7 ton GKG/ha. “Umurnya pun genjah, bisa 112 hari. Kalau dibandingkan dengan Ciherang, ini lebih cepat 5-7 hari ya, ini juga yang disukai petani. Lalu ini juga lebih tahan terhadap tungro,” tambahnya.
Bagaimana usaha pencapaian potensi itu? Doktor bidang genetika dan pemuliaan tanaman Universitas Missoury, Columbia, Amerika Serikat ini menyarankan, “Karena jumlah anakannya dikurangi, maka sebaiknya dalam satu area tanam, populasinya lebih tinggi. Artinya, jarak tanamnya lebih rapat sedikit. Kalau biasanya mereka tanam 25 x 25 (cm), ini bisa 20 x 20 (cm), atau 25 x 15 (cm), atau lebih bagus lagi jajar legowo.”
Kebutuhan benih padi IPB 3S dan IPB 4S mencapai 25-30 kg/ha karena bobot benih per butir lebih berat dibandingkan varietas Ciherang. Ayah tiga anak ini juga mengungkapkan, benih kedua varietas rakitannya tersebut masih belum diproduksi secara massal. “Ini menjadi tantangan kami juga untuk bekerjasama dengan pihak produsen benih buat memproduksi benih ini secara massal,” tutupnya.
Renda Diennazola