Setiap rencana pasti ada tantangannya, begitu juga target surplus beras yang diintai hama dan penyakit. Antisipasinya?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan, khususnya di Pulau Jawa, terjadi pada akhir Oktober 2012. Turunnya hujan beberapa pekan terakhir ini tanda transisi dari musim kemarau menuju musim hujan. “Selain itu, diprediksi cuaca tahun depan tak terlalu ekstrem. Ini artinya curah hujan diperkirakan normal,” ungkap Dedy Koerniawan, Customer Marketing Manager Indonesia PT Syngenta Indonesia.
Meski prediksi cuaca normal, penyakit kresek (BLB), blast, hama tikus, penggerek dan wereng kemungkinan bakal tetap datang. Semua itu dapat diatasi jika petani menerapkan pola tanam serentak, benih unggul, pemupukan berimbang, dan tindakan perlindungan tanaman.
Empat Fase Pertumbuhan
Syngenta mengembangkan teknologi perlindungan tanaman padi bernama GroMore. Penerapan GroMore di lapangan melalui Syngenta Learning Center untuk melindungi tanaman melalui 4 tahapan pertumbuhan tanaman. Pertama, fase pembibitan dengan tagline pondasi yang kuat dan sehat agar petani bisa menciptakan benih yang kuat, sehat, dan tak gampang roboh. Ciri-ciri bibit sehat itu berakar banyak berwarna putih. Itu bisa dicapai dengan produk perlakuan benih Cruiser 350 FS dan penyemprotan Virtako 300 SC pada bibit umur 15–18 hari.
Kedua, fase anakan, yaitu memperkuat harapan dengan membuat bibit beranakan banyak sehingga memberi harapan malai dan bulir yang banyak pula. Pada fase ini digunakan produk Virtaco dan Score.
Ketiga, fase bunting, yaitu mengubah harapan menjadi kenyataan. Artinya, menjaga malai dan bulir dari serangan hama dan penyakit dengan mengaplikasikan Virtako, Filia 525 SE, dan Plenum. Terakhir, fase pematangan, yaitu memaksimalkan hasil dan kualitas dengan mengupayakan bulir terisi penuh sepanjang malai dan bernas. Pada fase ini diaplikasikan AmistarTop 325 SC.
Masa Kritis
Lain lagi cara PT Bina Guna Kimia. Mardianto menyarankan aplikasi seed treatment dengan Marshal 5G untuk melindungi benih dari serangga tanah. Selanjutnya, aplikasikan Furadan 3G yang melindungi tanaman pada 60 hari pertama dari serangan sundep dan beluk. Sebab, 60 hari pertama adalah masa kritis. Aplikasinya dua kali, yaitu saat awal penanaman guna melindungi dari serangan beluk dan 40 hari setelah tanam untuk menangkis sundep. Ia juga menyarankan untuk mengaplikasi Boom Flower agar tanaman dapat lebih kencang menyerap nutrisi dari tanah.
PT Agricon pun punya banyak cara mengatasi OPT. Blast (Pyricularia oryzae) bisa dilawan dengan Blast 200SC karena produk ini satu-satunya fungisida berbahan aktif single trisiclazol liquid di Indonesia. Tikus bisa diredam dengan Ratgone 0.005RMB.
“Penggerek batang padi (Scirpophaga incertulas) bisa diatasi oleh Spontan 400SL dan Maxima 68WP. Sedangkan wereng dihalau dengan Applaud 440SC. Sementara BLB dapat dilawan dengan produk terbaru kita yang akan di-launch pada 2013,” urai Bayu Nugroho, Marketing Manager PT Agricon.
PT Agricon juga menyediakan produk lain untuk perlindungan tanaman padi. Di antaranya insektisida Abuki 50 SL pengendali wereng, fungisida Throne 250 EC mengendalikan hawar pelepah padi, herbisida Win 20 WG dan Aladin 865 SL untuk gulma daun lebar dan daun sempit, serta moluskasida Snaildown 250EC untuk mengatasi keong mas.
Yuwono Ibnu Nugroho, Untung Jaya