Industri ini juga masih sangat tergantung dengan industri lainnya seperti pertanian. Salah satunya adalah pembuatan pakan ternak unggas, karena terutama lebih dari 50% bahan bakunya tergantung Import seperti bungkil kedelai dan sebagian jagung.
Hal ini mengemuka dalam seminar perunggasan bertema Peran Indonesia Dalam Percaturan Bisnis Perunggasan Dunia yang diadakan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) di Jakarta, Kamis (18/10).
Menurut FX Sudirman Ketua Umum Asosiasi Produesen Pakna Indonesia, bencana kekeringan di Amerika dan beberapa sentra produksi jagung dan kedelai berpengaruh sangat besar terhadap melambungnya harga bahan pakan. Terhambatnya transportasi di Argentina juga berakibat pada kelanggakaan bungkil kedelai di pasar domistik. “Kenaikan harga bahan baku ini menyebabkan pula naiknya harga pakan,” katanya.
Namun demikian, Sudriman optimis pada 2013 industri perunggasan nasional tumbuh. Hal ini terlihat dari adanya Investasi pabrik pakan yang sangat gencar, baik pemain lama sebagai ekspansi, maupun dari investor baru atau pendatang baru. “Masa depan industri pakan sangat baik, seiring dengan pertumbuhan industri peternakan, khususnya industri perunggasan,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Krissantono, prospek pertumbuhan industri perunggasan di 2013 diprediksi naik menjadi 8%, maka setidaknya Day Old Chicken (DOC) yang dibutuhkan untuk peternak ayam pedaging akan mengalami penambahan menjadi 2,2 miliar dari tahun sebelumnya 1,9 Miliar ekor. “Itu baru untuk ayam pedaging saja, belum untuk ayam petelur,” kata Krissantono.
Industri pakan ternak dan DOC di Indonesia berpotensi makin bertumbuh salah satu pemicunya adalah dengan naiknya konsumsi ayam per kapita di Indonesia yang diperkirakan mencapai 8,6 kg per kapita per tahun. Juga kenaikan pendapatan per kapita dan pertumbuhan masyarakat kelas menengah tengah naik. Itu menopang pertumbuhan konsumsi ayam di Tanah Air.
Tri Mardi Rasa