Kendati masih di bawah konsumsi daging ayam dan bebek, penikmat sajian puyuh terus bergeliat.
Di Yogyakarta dan sejumlah kota di Jawa Tengah, penikmat puyuh goreng mudah menemukan menu favorit mereka. Tidak demikian halnya di kawasan Jabodetabek, penggemar kuliner masih sulit mencari penyaji daging puyuh. Padahal, sebenarnya, penggemar puyuh goreng di daerah ini lumayan besar.
Tingkat kelarisan daging puyuh bisa diperkirakan berdasarkan penjualan menu puyuh di jaringan resto Ayam Lepaas di antara hidangan mereka, seperti ayam dan lele. Di gerai Ayam Lepaas Tanjung Barat, Jakarta Selatan, misalnya, 100 porsi burung puyuh selalu habis tiap hari.
“Menu puyuh ini ciri khas Ayam Lepaas. Kami pakai puyuh jantan dan betina, yang ukurannya 100 gr. Tingkat penjualan puyuh mencapai 40% di sini,” papar Riswandi, pembimbing dari kantor pusat Ayam Lepaas di Aceh yang bertugas mendampingi pengelola gerai Tanjung Barat.
Harga seporsi puyuh goreng di Ayam Lepaas Rp16 ribu. Ini sama dengan harga ayam dan pecel lele. “Jika tanpa nasi, Rp13 ribu, dapat puyuh, lalapan, dan sambal,” tambah Riswandi.
Memang, tingkat kelarisan menu puyuh pada tiap gerai Ayam Lepaas yang dipelopori Suparno di Aceh pada 2009 ini berbeda-beda. Namun, bila satu gerai saja bisa habiskan 100 porsi puyuh sehari, bisa diduga tingkat penjualan puyuh di seluruh 45 gerai Ayam Lepaas yang ada. Dari jumlah 45 itu, 23 gerai terserak di Jabodetabek, 11 gerai di Aceh, sisanya dibuka di sejumlah kota lain.
Tetap Optimistis
Lain lagi pengalaman Haji Yogi Tjahyono dengan burung berbulu lurik ini. Pada 2008, setelah dua tahun sebelumnya jadi pelopor resto bebek di Jakarta dengan membuka resto Bebek Goreng H. Yogi, ia membuka lagi resto puyuh tak jauh dari resto bebeknya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Saat itu, ia mampu menjual lebih dari 200 porsi puyuh tiap hari.
“Tapi, belakangan, berita tentang kolesterol tinggi pada puyuh membuat penjualan turun. Apalagi, saya juga menggabungkan bebek goreng saya ke sini. Yang penjualannya tinggi tetap bebek, 400-500 porsi tiap hari, sedangkan puyuh berkisar 50 porsi sekarang ini,” kata lelaki kelahiran Jakarta, 29 Januari 1978 ini.
Harga seporsi puyuh goreng di resto H. Yogi ini Rp15 ribu dengan nasi dan lalapan. Namun, jika hanya sepotong puyuh plus lalapan, cukup Rp10 ribu. Seperti juga menu bebek goreng, untuk puyuh pelanggan bisa memilih satu dari beberapa jenis sambal: cabai hijau, rica-rica, terasi, dan lada hitam. Pelanggan juga bisa mendapatkan tambahan sambal mangga yang jadi ciri khas di sini.
“Puyuh dari supplier yang mengambil dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beratnya sekitar 100-200 gr, kami pakai, baik itu jantan maupun betina,” ujar suami Trikoriany ini.
Ke depannya, Haji Yogi tetap optimistis. “Sebab, daging puyuh sebenarnya punya khasiat menghaluskan kulit wanita,” ucapnya.
Syaiful Hakim
Analisis Bisnis Budidaya Puyuh
Populasi 1.000 Ekor Selama 18 Bulan a.
Biaya Investasi Bangunan kandang utama berukuran 7,5 m2 Rp
2.000.000 Kandang puyuh 5 unit (@ 200 ekor) x Rp500 ribu/unit Rp
2.500.000 Perlengkapan dan peralatan (ember, alat semprot, dan selang) Rp 200.000 Total biaya investasi Rp
4.700.000 b.
Biaya Operasional 1.
Biaya tetap Penyusutan kandang luar 18 bulan/60 bulan x Rp2.000.000 Rp 600.000 Penyusutan kandang 18 bulan/60 bulan x Rp2.500.000 Rp 750.000 Penyusutan peralatan dan perlengkapan 18 bulan/60 bulan x
Rp200.000 Rp 60.000 Total biaya tetap Rp 1.410.000 2.
Biaya
Variabel Pembelian puyuh layer 1.000 ekor x Rp8750/ekot (umur 30
hari) Rp 8.750.000 Pakan grower selama dua minggu pertama Rp 1.750.000 Pakan layar 0,022 kg/ ekor/hari x 18 bulan x 30 hari/bulan = 11.880 kg 11.880 kg x Rp4.500/kg Rp
53.460.000 Obat-obatan, vitamin, dan vaksin Rp1.500/hari x 18 bulan
x 30 hari Rp 810.000 Listrik dan air (Rp20.000/bulan x 18 bulan) Rp 360.000 Kemasan telur Rp 100.000 Total biaya variabel Rp
65.230.000 Total biaya operasional (1 + 2) Rp
66.640.000 c.
Pendapatan Penjualan telur 80% (produktivitas) x 1.000 ekor x Rp180/butir x 18 bulan x 30 hari/bulan Rp 77.760.000 Penjualan kotoran puyuh 6 kg/hari/1.000 ekor x 18 bulan x
30 hari X Rp250/kg Rp 810.000 Penjualan puyuh afkir 75% x 1.000 ekor x Rp3.000/ekor Rp
2.250.000 Total pendapatan Rp
80.820.000 d.
Keuntungan Keuntungan = Total
pendapatan – Biaya operasional = Rp80.820.000
– Rp66.640.000 = Rp14.180.000
per 18 bulan atau Rp787.778/bulan e.
Revenue/Cost
Ratio R/C Ratio = Total pendapatan : Biaya
operasional = Rp80.820.000
: Rp66.640.000 = 1,21 f.
Pay Back
Periode (titik impas) Pay Back Periode = (Total
investasi : keuntungan) x 18 bulan =
(Rp4.200.000 : Rp14.180.000) x 18 bulan =
5,3 bulan Sumber: Buku Pintar Beternak & Bisnis Puyuh Karya Slamet Wuryadi, 2011