Industrialisasi perikanan budidaya perlu didukung penguatan akses permodalan, seperti kepemilikan tambak dan infrastruktur pendukung berupa saluran irigasi. Untuk mengoptimalkan infrastruktur tambak dan mendorong peningkatan akses usaha sektor perikanan melalui layanan perbankan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengikat kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Badan Pertanahan Nasional di Jakarta, Rabu kemarin. (14/8).
Status kepemilikan lahan dengan ketersediaan sertifikat hak tanah diperlukan petambak sebagai agunan dalam mengakses pembiayaan dan pengembangan usahanya. Menurut Slamet Soebjakto, Dirjen Perikanan Budidaya, KKP, dari 1,4 juta hektar baru sekitar 20% yang telah disertifikasi. “Yang belum disertifikasi sekitar 80%. Kalau kita lihat di Jawa Barat dan Banten, itu yang sudah bersertifikat sekitar 5%,” ujar Totok, begitu ia disapa.
Mulanya, sambung Totok, masyarakat di pesisir pantai tidak peduli dengan sertifikasi tanah. Mereka baru menyadari pentingnya sertifikasi saat memerlukan agunan ketika mengakses perbankan. Saat ini KKP tengah mengidentifikasi kebutuhan lahan untuk sertifikasi.
Sementara itu, pembenahan saluran irigasi dalam rangka revitalisasi tambak Pantai Utara Jawa (Pantura), akan dibantu pengerjaannya oleh Kemeterian PU. Kementerian PU telah menganggarkan sekitar Rp99 miliar untuk mendukung revitalisasi tambak Pantura. Anggaran tersebut digunakan untuk merehabilitasi saluran primer dan sekunder tambak di lokasi-lokasi yang sudah disepakati. Sedangkan KKP akan merehabilitasi saluran tersier. Selanjutnya, saluran irigasi akan dikelola dengan konsep partisipatif. Masyarakat petambak dikumpulkan dalam satu kluster percontohan seluas 1.000 hektar. “Masyarakat yang ada di klaster itu secara periodik akan memelihara saluran,” tandas Totok.
Sistem klaster ini diharapkan menjadi pemicu petambak di kawasan revitalisasi untuk meningkatkan pola budidaya udang dari tradisional menjadi tradisional plus hingga intensif. Dengan demikian, produksi udang ditargetkan akan meningkat dari 200 kg/ha menjadi 10 – 15 ton/ha. “Tahun ini (target) kenaikan (udang) sampai 350 ton, harapannya bisa tercapai dengan industrialisasi,” tegas Totok.
Windi Listianingsih