Andalkan bahan baku pilihan dan resep nenek, Jennifer sajikan rujak cingur legendaris yang digemari pejabat dan artis.
Berkunjung ke Surabaya belum lengkap tanpa makan rujak cingur. Sejak dulu, kuliner satu ini memang sangat khas dan menjadi ikon kuliner Kota Pahlawan. Padahal, racikan rujak cingur sebenarnya tak jauh berbeda dari rujak pada umumnya.
Ada tahu goreng, tempe goreng, timun, bengkoang, kedondong, mangga muda, taoge, kangkung, dan minya. Tapi, yang utama potongan cingur sapi yang kenyal ditambah bumbu petis yang melimpah di atasnya. Inilah menu wajib pecinta kuliner saat berkunjung ke Surabaya.
Soal rujak cingur ini, ada yang patut dicoba, yaitu Rujak Cingur Akhmad Jais 40. Berdiri sejak 1970, sampai hari ini masih laris. Sajian satu ini bisa dikatakan sebagai rujak cingur paling eksklusif se-Indonesia. Kok? Soalnya, dilihat dari harganya saja, jauh berbeda dibanding rujak cingur biasa. Lihat saja, seporsi rujak cingur dihargai Rp45 ribu. Padahal penjaja rujak cingur lainnya paling banter mematok Rp15 ribu per porsi.
Generasi Ketiga
Usaha rujak cingur yang sudah berumur 42 tahun ini dirintis Ny. Ng Giok Tjoe pada 1970. Kini usaha itu diteruskan generasi ketiganya, Jennifer (Ong Sioe Sin). “Nenek mulai jual rujak itu tahun 1970. Kala itu, nenek tiap hari ditawari cingur, tapi yang jual tak tahu buat apa cingur itu. Nah, dari situ, ada pemikiran dibuat rujak. Ini sudah generasi ketiga, nenek, mama, terus saya, cucunya,” papar Jennifer.
Mencari lokasi penjaja rujak cingur ini tidak repot. Dari Jalan Jagalan, lampu merah pertama belok kiri. Setelah itu, ikuti ruas jalan kecil sampai sekitar 500 meter dari Pasar Buah Peneleh. Dari tepi jalan, terlihat rumah cukup besar dengan ruang kecil di sisi kirinya, tanpa papan nama.
Di ruang kecil tadi ada beberapa meja-kursi sederhana, bisa menampung kurang dari 20 pengunjung. Biasanya, mereka mulai buka sekitar pukul 10.00 siang hingga pukul 17.00 WIB, tapi khusus Minggu buka pukul 11.00. “Kami buka tiap hari, baik bulan puasa, Lebaran, Imlek, maupun Natal,” imbuh perempuan yang pernah bekerja di Korea Selatan ini.
Rujak cingur ini tak hanya terkenal lantaran harganya yang super tadi, tapi tentu karena rasanya memang top. Cingur dan petis udangnya benar-benar pilihan dan porsinya bisa dinikmati dua orang. “Bahan dari sekitar sini saja, tapi kualitasnya nomor satu. Semua pilihan utama, dari bawang, petis, kacangnya. Resepnya pun turun-temurun,” jelas Jennifer yang masih terlihat cantik pada usia 57 tahun ini.
Mungkin, satu hal yang membedakan rujak cingur ini dibanding lainnya adalah tempe gorengnya yang enak. Terasa kriuk-kriuk saat disantap karena digoreng kering seperti keripik. Cingurnya pun empuk, bersih, dan tak ada bau sama sekali. “Cingurnya direbus agak lama, jadi empuk. Yang tidak punya gigi bisa makan. Tulang mudanya direbus hingga dua hari, baru lembek tulang rawannya,” urai Jennifer yang warungnya sehari bisa menghabiskan 20 kg cingur sapi ini.
Dari Presiden Hingga Selebriti
Harganya yang mahal tak membuat pelanggan lari. Memang, kebanyakan konsumennya kalangan atas, seperti pejabat, manajer, hingga artis. “Orang terkenal yang sering beli di sini ada fotonya, mulai Bob Tutupoly, Waljinah, Sutiyoso (mantan Gubernur Jakarta), anaknya Gus Dur, Ashanty (istrinya Anang), juga Peppy The Explorer. Bahkan, Bondan Winarno dua kali datang. Pak Harto dan Bu Tutut kalau beli menyuruh ajudannya. Tapi, belum semua saya pasang fotonya,” tambah Jennifer.
Rujak cingur ini juga dicari warga belahan lain dunia, seperti dari Singapura, Malaysia, dan Amerika Serikat. “Pembeli paling jauh dari Amerika, dari Los Angeles, Chicago, dulunya ia tinggal di Surabaya. Sekolah, terus menetap di Amerika. Kalau ke Surabaya, pasti makan di sini. Warga Singapura hampir tiap hari, sedangkan dari Malaysia kadang-kadang. Ada juga dari Kalimantan,” tuturnya.
Bukan cuma lezat disantap di tempat, rujak cingur ini bisa juga dibawa pulang, bahkan dijadikan oleh-oleh dan dibawa ke tempat yang jauh. “Dibawa pulang, bisa tahan lama. Kalau dibawa ke Jakarta, itu pakai tempat, jadi harganya Rp50 ribu, lebih mahal Rp5.000. Bumbunya dipisah dan lebih banyak,” ucap Jennifer seraya tersenyum.
Indah Retno Palupi (Surabaya)