Tidak hanya daging, ikan, jamur, hingga jengkol pun tersaji nikmat dalam balutan rendang.
Siapa tidak kenal rendang? Makanan tradisional ranah Minang ini begitu disuka lantaran rasanya yang khas dan berbumbu. Tak hanya di rumah makan padang, warung nasi tegal (warteg) pun menyediakan menu masakan rendang. Sangat layak bila rendang dinobatkan sebagai makanan terlezat dunia.
Rendang yang banyak dijual umumnya terbuat dari daging sapi atau kerbau. Namun pilihan menu rendang kini tidak sesempit itu. Menurut Reno Andam Sari, pemilik Rendang Uni Farah di Ciledug, Tangerang, Banten, di daerah asalnya sendiri, Sumatera Barat, rendang dibuat dengan bumbu khas daerah dan bahan makanan yang mudah ditemui di lingkungan sekitar. “Rendang daging itu makanan orang darek, darat. Ada rendang lokan, kerang, itu rendang orang pinggir laut,” papar Andam, begitu ia disapa saat ditemui AGRINA.
Daging hingga Jengkol
Tidak hanya di daerah asal saja rendang beraneka ragam. Rendang berbagai varian pun kini mudah ditemui di pasaran. Jika tidak menyukai daging sapi dan jeroannya (hati, paru, dan limpa), ada pilihan rendang ayam, bebek, atau telur. Pecinta makanan laut pun bisa memilih rendang udang dan ikan. Dan untuk para vegetarian, yang tidak mengonsumsi daging, bisa mencoba rendang kentang, jamur, singkong, pulut (ketan) hitam, hingga jengkol.
“Gimana supaya orang nggak bisa makan daging tapi tetep bisa makan rendang, maka ibu bikin rendang ikan. Kebetulan ibu tinggal di Padang kota, deket pinggir pantai, banyak ikannya,” papar Eva Milza, pemilik Rendang Asese, menjelaskan alasannya membuat rendang ikan tuna Asese.
Lain lagi dengan Intan Rahmatillah, pemilik Rendang Nenek di Bandung, Jabar, yang memproduksi rendang bebek, jamur, dan jengkol. “Saya coba jamur untuk vegetarian, bagi yang bosen daging. Kalau bebek kayaknya masih jarang dan tantangan aja bikin rendang bebek,” Intan berargumen. Perihal rendang jengkol, ia bahkan terpaksa sering menolak permintaan itu sebab bahan bakunya yang sulit didapat.
Sedangkan rendang pulut hitam, ditemukan Andam dalam perjalanannya membuat buku berjudul Rendang Traveler. “Kenapa aku angkat si pulut hitam karena teksturnya itu benar-benar seperti hati. Kenyalnya, gurihnya, rasanya. Jadi aku pikir itu alternatif,” jawabnya lugas.
Berbagai kemasan
Selain pilihan sajiannya yang variatif, rendang juga dikemas dalam berbagai wadah sesuai kebutuhan konsumen. Kokoh dalam kemasan kaleng, terkunci rapat dalam plastik vakum (kedap udara), hingga dihias cantik dalam stoples atau mangkok sebagai hantaran pernikahan atau parsel untuk hari raya keagamaan dan hari-hari istimewa.
Ukuran kemasannya juga beragam. Hadir kemasan 1 kg, 0,5 kg, Ľ kg, sampai kemasan 150 g untuk keluarga kecil (4 orang) membanjiri pasar. Ada pula kemasan khusus perorangan atau biasa disebut individual pack yang diminati travelers dan calon jemaah haji. “Kemasan individual pack isinya dua potong, sekali makan tinggal buang. Mereka nggak perlu nyimpen-nyimpen,” tukas Andam. Jadi, siap menyantap rendang?
Windi Listianingsih