Datangnya Ramadan dan Lebaran berkah bagi pengusaha kue. Pesanan membeludak, keuntungan melejit, bahkan ada yang menutup pesanan sebulan sebelum Ramadan.
Beragam usaha di dunia ini memang selalu ada musim panennya. Lihat, usaha kambing dan domba, misalnya, beroleh laba menjulang saat Lebaran Haji. Lantas ada pula pengusaha pariwisata yang kebanjiran laba ketika liburan tiba. Tapi, saat Idul Fitri, selain tukang jahit, ada pengusaha kue dan camilan yang ketiban rezeki.
Nyaris semua pengusaha kue yang ditemui AGRINA pun menyatakan puncak penjualan mereka datang saat menjelang Idul Fitri. Malah, bukan cuma hari raya keagamaan kaum muslim saja yang memacu omzet, tapi juga hari raya agama lain, seperti Imlek atau Natal. “Penjualan kue kami yang terbesar memang saat jelang Ramadan dan Idul Fitri,” papar Diah Susilawati dari J&C Cookies yang berpusat di Jalan Bojong Koneng Atas, Bandung.
Namun, tak hanya penjualan kue di dalam negeri yang meroket, pesanan dari negari jiran yang banyak penduduk muslimnya pun mengalir lebih deras. “Saat jelang Lebaran, pesanan dari Malaysia dan Brunei melonjak. Dari Singapura naik dekat Imlek,” tambah Diah.
Empat Kali Lipat
Sedangkan bagi Yanti Suryanti dari Brownies Sinar Asih, yang berlokasi di Desa Sindangkasih, Majalengka, Jabar, peningkatan omzet menjelang Lebaran mencapai empat kali lipat. “Jika hari biasa memproduksi sekitar 1.800 kotak brownies, saat jelang Lebaran mencapai 6.000-an kotak,” ungkap wanita kelahiran Majalengka, 6 Juni 1982 ini.
Berbeda dengan kebanyakan brownies yang biasa dijumpai di pasaran, Yanti menjajakan brownies dari jagung. Usaha itu sudah dilakoninya tujuh tahun. “Kebetulan, di Sindangkasih itu komoditas pertanian utamanya jagung. Jadi, kami bikin brownies jagung,” paparnya.
Ada tiga jenis produk brownies karya Yanti, yaitu brownies cokelat, pandan, dan susu. Setiap kotak browniesnya dihargai sama, yakni Rp25 ribu. “Yang paling laku yang susu,” ungkapnya. Selain di wilayah Majalengka, brownies jagungnya itu sudah dipasarkan sampai ke Bekasi dan sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Setiap bulan, ia menghabiskan 5 ton telur ayam untuk pembuatan browniesnya.
Sementara bagi Nurprihatin Nengsih dari Kelompok Industri Kecil dan Menengah (IKM) Guna Asih, Majalengka, Jabar, omzet penjualannya meningkat sampai dua kali lipat tatkala Lebaran mendekat. Guna Asih adalah merek untuk sejumlah produk seperti keripik bayam, rempeyek kacang tanah, keripik daun ubi jalar, kue bawang, keripik tempe, emping, dan sejumlah produk lagi.
“Jika hari biasa, produksi tiap bulan bisa mencapai 4.000 bungkus untuk semua produk, sedangkan omzetnya mencapai Rp15 juta hingga Rp20 juta,” urai Nur. Dijelaskan oleh Nur, Guna Asih adalah industri rumahan yang dikerjakan oleh gabungan ibu-ibu rumah tangga.
Setiap menjelang Lebaran, tambah Nur, omzet penjualan naik mencapai Rp40 jutaan. “Kami biasanya mengirim pesanan dalam bentuk boks-boks yang berisi 10 jenis produk sesuai keinginan konsumen,” timpalnya.
Menutup Pesanan
Lain lagi pengalaman Dianie Hadyatie dari Aneka Peyek dan Seroja Nusasari yang berlokasi di kawasan Tanimulya, Jalan Spora, Kab. Bandung Barat. Sekitar sebulan menjelang Ramadan, ia sudah menyetop pesanan yang masuk lantaran kewalahan memenuhi permintaan yang membeludak.
“Pemesanan jelang Lebaran dari sekarang sudah banyak, jika seperti ini omzet meningkat dari Rp15 juta-Rp20 juta jadi di atas Rp30 jutaan. Untuk sementara, pemesanan awal puasa sudah ditutup ordernya,” kata ibu kelahiran Bandung, 6 Februari 1972 ini.
Dianie memproduksi bermacam-macam peyek yang terbuat dari kacang, teri/rebon, bayam dan kangkung. Yang menarik, ada pula peyek berkhasiat seperti peyek binahong, beluntas, kenikir, sintrong dan surawung. Selain itu, ia juga menawarkan seroja (kembang goyang) asin yang terbuat dari kacang, teri/rebon, kedelai, dan kacang hijau. Masih ada pula seroja manis berbahan wijen dan keju. “Karena sudah digoreng memang sejumlah zat bergizi berkurang, tapi tetap ada khasiatnya,” ujar Dianie.
Dalam sebulan, ia mampu menghasilkan berbagai produk sebanyak 200-300 kg. Selain untuk melayani Lebaran, ia juga mengisi toko oleh-oleh di kawasan Pasteur, Cihampelas, sampai ke Ciater, Subang. “Kami ada 35-an agen atau toko di kawasan Bandung, termasuk di rest area,” katanya.
Peningkatan pesanan jelang hari raya juga diakui Tabroni dari Aneka Manisan Satria, yang bermarkas di Desa Kedung Jaya, Kec. Kedawung, Kab.Cirebon, Jabar. “Beda kalau mau Lebaran, orang banyak yang mampir ke rumah beli manisan. Peningkatan omzet dibandingkan hari biasa sampai 100%,” tukasnya.
Ada sejumlah manisan yang diproduksi Tabroni, seperti manisan tomat, mangga, rosela, keripik jamur tiram, dan kacang mete. Sejauh ini, wilayah pemasarannya melingkupi Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Tambah Ratusan Karyawan
Akibat peningkatan pesanan kue itu, misalnya, J&C yang merupakan kependekan dari nama putra-putri Diah, yaitu Jodi dan Cindy, itu harus menambah karyawannya. Tak tanggung-tanggung, dari 100 karyawan pada hari biasa langsung jadi 400 karyawan tiap kali bulan Ramadan menjelang.
Yang menarik, ternyata kue yang laris menjelang Lebaran justru kue-kue yang paling biasa ditemukan di pasaran. “Kalau Lebaran, malah kue seperti nastar, putri salju, kaastengels, kacang mede yang dicari konsumen,” beber wanita kelahiran Bandung, 14 Oktober 1963 ini.
Mengantisipasi panen yang selalu melonjak saat menjelang Lebaran, J&C yang memiliki lebih dari 70 item kue itu bahkan telah selangkah lebih maju, yakni melakukan inovasi kemasan. Misalnya, membuat kemasan kue berbentuk mesjid, Gedung Sate Bandung, atau rumah gadang. “Dijamin se-Indonesia tak ada yang bikin begini. Ini dijual sebagai parsel, ciri khas, harus dibeli dengan kuenya. Kisaran harga Rp150 ribu-Rp1 jutaan. Modelnya beda-beda, ada yang dari kotak besi, kayu, kain batik, atau eceng gondok. Sudah tiga tahun ini Presiden pesan kue ke sini, kemasan bentuk mesjid,” ujar Diah bangga.
Toh, kemasan toples plastik transparan tetap disukai konsumen. Malah, menurut Gita Gartika, Manajer Pabrik PT Bonli Cipta Sejahtera (BCS), induk usaha J&C. yang mendampingi Diah, “Kue kemasan plastik itu paling banyak terjual.”
Nah, suka kue atau camilan yang mana? Dan mau dengan kemasan mesjid atau yang biasa, plastik bening? Terserah Anda.
Syaiful Hakim, Selo Sumarsono, Bambang SR