Pemerintah terus mendorong kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi susu sebagai makan bermanfaat bagi kesehatan. Sebab bangsa peminum susu akan lebih bisa membangun SDM yang baik sehingga memiliki intelektual yang semakin baik.
Menurut Setditjennak dan keswan Ir Riwantoro, saat ini tingkat konsumsi susu masyarakat terbilang rendah yaitu 13,5 liter perkapita per tahun. “Sangat jauh jika dibandingkan dengan negara lain di Asia bahkan asia tenggara,” kata Riwantoro dalam Diskusi Nasional Menuju Swasembada Susu, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (4/7).
Data Kementerian Pertanian pada 2011 tingkat konsumsi susu masyarakat Malaysia tercatat sebesar 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand sebesar 33,7 liter, Filipina sebesar 22,1 liter, dan Vietnam sebanyak 12,1 liter.
“Bagi sebagian masyarakat, susu masih dianggap harganya mahal sehingga menjadi alasan mereka untuk tidak mengonsumsinya,” kata Riwantoro.
Selain itu, itu juga budaya minum susu masih rendah dan ini terjadi di masyarakat pedesaan. Bahkan mereka menganggap susu hanya untuk anak bayi dan tidak cocok untuk orang dewasa. “Inilah yang menjadi tantangan pelaku usaha persusuan untuk merubah paradigma ini,” katanya.
Enggan Tingkatkan Skala Usaha
Kondisi tersebut diperparah dengan produksi susu peternak yang selama ini mendominasi hanya mencapai 10 liter per hari per ekor. Produksi ini hanya bisa memasok sekitar 30% dari permintaan nasional. “Berarti peternak sapi perah di Indonesia hanya dapat memberikan kontribusi 30 persen dari kebutuhan industri susu nusantara, akibatnya kita akan tergantung impor yang semakin besar,” tutur Riwantoro.
Lebih lanjut, Riwantoro mengatakan, rata-rata kepemilikan sapi setiap peternak sapi perah hanya 3 – 4 ekor. hasilnya tidak optimal dengan produktivitas rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga usaha ini terlihat kurang menguntungkan karena pemilikan ternak yang rendah. Bahkan peternak tidak mau meningkatkan jumlah populasinya agar lebih efisien dengan alasan harga susu tidak sesuai dengan biaya produksi.
Melihat kondisi peternakan sapi perah, perlu segara dibangun industri yang terintegrasi karena kondisi peternak 95% skala usahanya kecil. Peternakan sapi perah merupakan salah satu bidang yang mampu membangkitkan perekonomian masyarakat. “Dengan membangun usaha ini maka sama halnya dengan membangun UKM yang lebih besar,” pungkas Riwantoro.
Tri Mardi Rasa