Minggu, 24 Juni 2012

LIPUTAN KHUSUS : Bisa Domba atau Kambing, Pilih Mana?

Bisnis akikah merebak. Ada yang andalkan kambing, ada yang domba. Mereka  bersaing lewat menu juga. 

Entah kesadaran beragama, dalam hal ini Islam, yang makin kental, atau sekadar tren seiring membaiknya perekonomian negeri ini, yang jelas konsumen akikah terus mengalir. Setidaknya, ini bisa kita lihat saat melongok perkembangan bisnis akikah yang dijalankan Hardiyansah Ismail dan kawan-kawan lewat Saung Dombanya, di Desa Sasak Panjang, Tajurhalang, Citayam, Bogor.  

Ia mulai mengupayakan akikah pada 2010, setelah dua tahun sebelumnya mendirikan Saung Domba. Sampai 2010 itu, ia masih jatuh-bangun membesarkan bisnis dombanya,  seperti penyediaan domba kurban dan menjual daging di pasar tradisional.

Tapi, “Tak gampang juga. Saya tak sanggup main di harga Rp750 ribu.  Ya sudah kami main di Rp1,1 juta, sudah dimasak. Tahun 2010 hanya mampu jual 5 ekor,” Doddy berkisah.

Menengah Atas

Repot dagang kambing di pasar, akikah seret pemesan, Doddy mengubah strategi, main di kalangan middle up alias menengah ke atas. Dengan biaya Rp1,1 juta, Saung Domba bikin kemasan kotak yang menarik,  ada buku risalah akikah dengan nama anak yang diakikahkan lengkap beserta fotonya.

“Kami pakai nama, branding, jadi konsumen tak akan malu, karena ini bukan akikah sembarangan,” papar mantan karyawan PT Medco Downstream ini. Bahkan, untuk pengiriman pesanan, tiap karyawannya harus pakai seragam, on time alias tepat waktu, dan, “Mesti wangi,” timpal Doddy yang selalu memperbarui situs Saung Dombanya.

Pada 2011, ia menambah gulai pada paketnya. Tahun itu, ia mampu menjual 23-35 ekor tiap bulan. Bahkan, ia meluaskan pemasaran lewat tukang sate. “Mereka tinggal telepon, mau dikirim ke mana. Awalnya, banyak yang kami utangin dulu, jadi mereka percaya kami tak cuma kejar uang tapi juga pertemanan, “ jelas Doddy yang juga membuka sistem multi level marketing (MLM) terbatas 2 level untuk ibu rumah tangga yang pengin ikutan bisnis akikah.

Doddy juga menerapkan layanan sebaik mungkin untuk konsumen. Mereka mengusung tag line alias semboyan PASS: praktis, amanah, santun, dan sedap. Praktis itu artinya cukup dengan menelepon, orang Jabodetabek bisa menuntaskan masalah akikahnya. Amanah, artinya ia memotong domba jantan, tidak cacat, dan sehat. Santun, itu perangai karyawannya saat menerima telepon pesanan atau saat mengantar.

“Sedangkan sedap itu karena saya belajar resep satenya cukup lama. Secara kualitas, konsumen kami 95% puas dengan rasa dan potongan satenya. Bayangkan, kami hanya 200 tusuk! Yang lain bisa 300 tusuk. ‘Kan kami melayani kelas menengah, nanti dibilang kok dagingnya kecil-kecil?” tutur Doddy yang kini melayani 60-70 ekor domba akikah tiap bulan.

Di Saung Domba, ada sejumlah pilihan paket domba akikah. Paket standar, harga domba Rp900 ribu (200 tusuk sate dan 50 porsi gulai/sup/tongseng). Lalu paket spesial Rp1,1 juta (300 tusuk sate dan 70 porsi gulai/sup/tongseng). Ada juga paket super Rp1,3 juta  (350 tusuk sate dan 80 porsi gulai/sup/tongseng), serta paket istimewa Rp1,6 juta (400 tusuk sate dan 100 porsi gulai/sup/tongseng). Kesemua paket tadi mesti ditambah lagi biaya masak Rp400 ribu.

Bagaimana Doddy menyiapkan domba-dombanya untuk akikah? Di peternakannya di Citayam, ia mendatang bakalan, domba garut dan priangan, dalam beragam umur, bisa 7-9 bulan. Di pasaran, bakalan jenis itu dihargai Rp600 ribu-Rp800 ribu, tergantung bobot. Lalu bakalan tadi digemukkan sampai umur sekitar setahun, dengan biaya pakan hijauan, obat, dan tenaga kerja Rp1.200 per hari alias Rp36 ribu per bulan.

Kambing

Selain Doddy, ada pula Ridwan, S.E., pemilik Salam Aqiqah di kawasan Kalimulya, Kec. Cilodong, Depok. Ia mengawali usaha akikah kambingnya pada 2009 dengan modal Rp50 juta. “Awalnya saya ikut nebeng (numpang) juga, nebeng promo segala macam, saya buka nama, tapi saya belum produksi. Setelah saya dapat (order) 30-40 ekor, baru saya  berani. Awalnya,  sebagai pemilik, kita juga tak dapat hasil. Istilahnya malah ngeluarin teruslah,” ungkap Ridwan.

Sarjana ekonomi lulusan 2006 dari Universitas Muhammadiyah Jakarta ini menilai booming bisnis akikah lantaran kaum muslimin semakin meningkat kesadaran agamanya. Ia pun sempat menikmati “gurihnya” bisnis ini saat mendapat pesanan sampai 300-an ekor kambing pada akhir 2010. Namun, “Setelah 2010, usaha mulai turun karena banyak yang ikutan bikin bisnis akikah, apalagi di Depok,” ujar ayah dua anak ini.

Kendati demikian, saat ini ia masih bisa mendapatkan pesanan sampai 200-an ekor. Kambing didapatkannya dari beberapa wilayah, antara lain Sukabumi dan Kuningan, Jabar. “Sekarang banyak yang buka bisnis akikah, dan agar tetap eksis mengurangi mutu. Tapi, saya tetap ingin memberi kualitas terbaik dengan kambing jantan. Soalnya, ada yang pakai kambing betina,  lebih murah,” tegas Ridwan.

Malah, menurut Ridwan, ada juga pebisnis akikah yang lebih nakal lagi, yaitu hanya membeli daging di tukang jagal, bukan memotong kambing utuh. “Ya, makanya kami benar-benar menjaga konsumen. Kalau konsumen belum yakin, silakan datang, lihat dan kalau perlu potong sendiri, biar dia yakin. Seperti itu,” ujarnya.

Di Salam Aqiqah, konsumen bisa memilih paket hemat Rp900 ribu (225 tusuk sate dan 65 porsi gulai). Lalu, paket spesial Rp1 juta (275 tusuk sate dan 75 porsi gulai). Ada paket super Rp1,1 juta (325 tusuk sate dan 85 porsi gulai). Juga bisa memesan paket istimewa Rp1,3 juta (400 tusuk sate dan 100 porsi gulai) serta paket khusus Rp1,6 juta (500 tusuk sate dan 130 porsi gulai). Selain itu, ada tawaran paket menu satu macam, yaitu hanya gulai yang harganya sedikit lebih murah dibanding paket dengan sate. 

Berbagi “Kue”

Menurunnya perolehan laba, seperti dikatakan Ridwan sesuai dengan komentar Ir. Asep Ade Herawan, Direktur DDLivestock. “Benar sekali, permintaan kambing ataupun domba untuk akikah itu saat ini semakin meningkat. Tapi, seiring bertambahnya permintaan, pelaku usahanya pun ikut bertambah. Artinya, walaupun kuenya itu saat ini membesar, tapi pembaginya pun juga ikut bertambah,” urainya.

Bisnis akikah itu sendiri, tambah Asep, sebenarnya mulai marak 13 tahun lalu. “Kini mulai berkembang ke arah kurban,” kilahnya.

Toh, dalam pengamatan AGRINA, mereka tak serta-merta memilih satu jenis usaha, namun tetap melakoni keduanya: akikah dan kurban sekaligus.

Syaiful Hakim, Tri Mardi R., Ratna B.W., Y. Ibnu Nugroho.  

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain