Rabu, 13 Juni 2012

Keragaman Hayati Untuk Jamu Belum Termanfaatkan

Indonesia memiliki keragaman hayati atau biodiversity terbesar nomor 2 di dunia setelah Brazil dengan Amazonnya. Tapi sampai saat kekayaan alam tersebut kurang tergali dengan baik.

Tepy Usia dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan, setidaknya 40.000 spesies tanaman di dunia dan 30.000 spesies di antaranya ada di Indonesia, tapi hanya 300 spesies saja yang sudah dimanfaatkan untuk Industri.

Padahal spesies tanaman tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Maka tak salah jika pengobatan tradisional menggunakan ramuan tanaman (jamu) telah dipercaya sejak ratusan tahun lalu sebagai salah satu untuk pencegahan dan mengatasi berbagai penyakit. Potensi yang melimpah tapi masih sedikit yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah pengembangan produk jamu yang dirasa kurang optimal.

“Dibandingkan dengan China yang potensi hayatinya tidak seberapa, tapi produk-produk jamu buatan China sudah berekspansi ke manca negara. Padahal Indonesia sendiri juga banyak mengekspor bahan baku tanaman obat ke sana,” kata Tepy Usia dalam diskusi mengenai Inovasi Industri Jamu di Indonesia yang diselnggarakan PT Sinde Budi Sentosa di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (12/6).

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang mengatakan melimpahnya produk tanaman yang berpotensi ini membuat masyarakat dan pelaku industri bingung untuk memilih. “Kami baru fokus pada 5 produk tanaman utama yaitu temulawak, jahe, pegagan, sambiloto dan kencur,” katanya.

Temulawak menjadi yang utama dari 5 produk yang akan menjadi fokus GPJI karena semua industri atau pabrik jamu memakai temulawak. 80% industri jamu memnggunakan temulawak sebagai salah satu bahan untuk ramuan jamu.

"Temulawak ibarat  nasinya jamu. Orang yang mengonsumsi temulawak itu bakal  enak makan, enak tidur, enak ke belakang. Semua oke juga menjadi  antioksidan, kandungannya yang ada di temulawak bisa mencapai 23 property,” ungakpnya.

Selain temulawak, pengusaha jamu juga harusnya memfokuskan penelitian dan pengembangan jamu yang berasal dari tanaman pegagan, sambiloto, kunyit dan kencur. Pegagan diyakini  sebagai obat yang cukup manjur untuk pencegah pikun dan lupa, bisa membuat orang tambah pinter. Sambiloto sebagai obat kanker perut, mengatasi diabetes, jahe sebagai obat masuk angin, capek dan kencur dipakai orang sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak.

Di pasar lokal, tambah Charles jamu cukup bertaring karena ada sekitar 1166 perusahaan jamu di Indonesia. Sekitar 93% di antaranya adalah perusahaan lokal. Belum lagi digabung dengan penjual jamu gendong yang jumlahnya sekitar 300.000-an.

Untuk itu, pelaku industri jamu harus dapat memenuhi ekspektasi pasar domestik dan pasar internasional, sehingga jamu menjadi produk kesehatan berkualitas yang dapat dikonsumsi masyarakat luas.

Tri Mardi Rasa

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain