Jamu yang merupakan ramuan-ramuan tradisional yang memberikan banyak manfaat kesehatan bagi masyarakat. Pemerintah harus mendorong masyarakat untuk gemar meminum jamu buatan lokal.
Tantangan yang dihadapi konsumen jamu di Indonesia, maraknya adalah peluncuran produk jamu asing dan jamu palsu di pasar domistik. "Perlu usaha untuk melindungi konsumen dalam negeri dan produk dalam negeri," kata Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI) Charles Saerang, dalam diskusi tentang Inovasi Industri Jamu di Indonesia yang diselenggarakan PT. Sinde Budi Sentosa di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (12/6).
Selain itu, kata Charles Saerang, adalah masalah kualitas. Kualitas jamu lokal juga diperkirakan bisa menurun karena bahan baku yang bagus banyak diekspor ke luar negeri, sedangkan yang dipakai di dalam negeri yang kualitasnya nomer 2.
Charles mencontohkan, kunyit yang bagus diekspor ke China. "Terus kita mengimpor ekstraknya yang kata lebih bagus dari China bagus, padahal bahannya dari kita. Ini kan lucu," kata Charles Saerang dalam
Bahkan, Charles berharap, industri jamu lokal bisa menembus pasar Cina yang sangat protektif terhadap industri dalam negerinya, karena mengekspor jamu ke sana masuk kategori obat, jadinya dipersulit. Makanya kita akan ekspor dalam bentuk makanan atau minuman.
Untuk itu, dalam memperkuat industri dalam negeri, Charles bersama industri jamu lainnya berencana mengupayakan variasi produk jamu. Misalnya membuat eskrim jahe atau beras kencur.
Banyak Yang “Ngurus”
Di sisi lain, saat ini banyaknya kementerian yang berkaitan dengan industri jamu, membuat pemilik industri jamu yang berjumlah 1166 industri yang 90 persen lebih masih tradisional merasa kebingungan siapa yang harus mengurusi. "Ada banyak kementerian yang 'ngurus' jamu ini. kita jadi bingung sebenarnya siapa yang paling berhak mengurus masalah jamu ini," kata Charles.
Berbeda dengan pemerintahan China yang fokus dan mendukung penuh pengembangan industri jamu dinegaranya dan hanya beberapa menteri saja yang mengurusinya. Bahkan sampai sekarang, dari segi penelitian yang dilakukan mengenai jamu masih belum jelas dan terkatung-kantung.
Di sisi lain, sekarang ini perusahaan jamu kesulitan menemukan produk-produk bahan baku berkualitas seperti kunyit karena banyak diekspor. Charles menambahkan jangan sampai hal tersebut terjadi juga pada temulawak yang terbukti memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. "Temulawak diekspor Cina dan Korea untuk di ekstrak dan mungkin nanti akan kita beli ekstrak tersebut,” ungkapnya.
Tri Mardi Rasa