Senin, 11 Juni 2012

LIPUTAN KHUSUS : Greenfields Turut Dongkrak Produksi

Di tengah-tengah masih rendahnya produksi susu segar kali ini PT Greenfields Indonesia mencoba untuk meningkatkan produksi susu segar, bagaimana caranya?

Produksi susu segar Jawa Timur baru sebanyak 900 ton/hari. Sementara kebutuhan masyarakat di wilayah itu tak kurang dari 1.500 ton/hari sehingga masih defisit 600 ton/hari. Atas dasar itulah PT Greenfields Indonesia, industri sapi perah modern yang berlokasi di Desa Babadan, Kec. Ngajum,  Kab. Malang, Jatim, berpartisipasi untuk menambah produksi susu segar.

Populasi dan Produktivitas Rendah

Darmanto Setyawan, Kepala Unit Pengolahan Susu PT Greenfields Indonesia mengakui, konsumsi susu masyarakat meningkat tetapi sayangnya belum dibarengi dengan peningkatan produksi susu segar di dalam negeri. Hal ini lantaran populasi sapi perah nyaris stagnan dan produktivitasnya pun masih rendah. “Sapi perah ini hanya ada di Jawa, dan sedikit di Sumatera. Bahkan, jumlah sapi di Jawa juga akan semakin menyusut karena lahan semakin berkurang.” tuturnya.

Ir. Sudjono, MP, Kepala Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan, Kab. Malang juga membenarkan, populasi sapi perah di Jatim masih kecil, sekitar 89 ribu ekor dengan rata-rata produktivitas 10,5 liter/hari. Kecilnya produktivitas lebih karena sebagian pemilik sapi perah adalah peternak rakyat. Berbeda dengan PT Greenfields Indonesia yang sudah menjadi industri, menggunakan bibit unggul dan manajemen yang baik, produktivitasnya mencapai 40-50 liter/ekor/hari.

Menurut Darmanto, mempertimbangkan kondisi peternakan rakyat itulah Greenfields membangun kemitraan. Caranya dengan menjembatani kredit sapi perah kepada peternak rakyat melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sebanyak 44 peternak rakyat mendapat kredit melalui Program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E). ”Jumlah pemberian kredit senilai Rp30 juta/orang dengan bunga rendah. Uangnya untuk beli sapi perah dengan kualitas terbaik. Tapi sebelum membeli, kita seleksi dulu sapinya dan harus bebas dari Brucella (bakteri penyebab penyakit mastitis) dan kita sudah cek darahnya,” jelasnya.

Agunan Sangat Fleksibel

Teguh Pramono, pimpinan Bank BRI Cabang Malang Sutoyo menambahkan, agunan kredit tersebut sangat fleksibel. Bila peternak tidak memiliki sertifikat, bisa saja dengan Letter C atau Petok D. “Dokumentasi atau legalitas Letter C atau Petok D itu sangat riskan, tapi dengan bantuan aparat desa dan kecamatan yang menerangkan bahwa si orang (debitur) berkelakuan baik, maka kredit bisa diberikan,” jelas Teguh.

PT Greenfields Indonesia sebagai bapak asuh peternak harus menjamin pasar bagi susu produksi peternak. Hasil penjualan susu akan dipotong Greenfields sebesar cicilan kredit dan disetorkan kepada BRI. Agar produksi mereka maksimal, Greenfields juga memberikan pendampingan maupun dukungan teknis.

Tirto Hartono, peternak asal Dsn. Petungroto, Desa Babadan, mengaku senang mendapat kredit. “Alhamdulillah terbantu dengan adanya kemitraan yang dilakukan oleh PT Greenfields Indonesia ini. Dahulu saya kerjanya hanya angkat berat terus. Setelah bermitra saya hanya memikirkan sapi dan keluarga saja,” ucap pria 34 tahun sembari tersenyum.

Yuwono Ibnu Nugroho, Indah Retno Palupi (Surabaya)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain