Kadisnak
dan Kesehatan Hewan Kab Malang Sudjono, MP, tiap tahun rata-rata produktifitas
peternak rakyat sekitar 10,5 liter per hari. Foto : Tri Mardi Rasa
Secara nasional kemampuan produksi susu segar di
Indonesia masih rendah, sebab 70% kebutuhan susu nasional masih diimpor.
Meskipun konsumsi masyarakat tiap tahun meningkat kecil, tapi produksi susu
segar di Indonesia tidak ada peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut Operation Manager Milk Sourcing Unit PT. Greenfields Indonesia Irmansah, Di Jawa Timur saja kebutuhan susu sekitar 1.500 ton per hari, supply yang ada hanya 900 ton per hari, jadi setiap hari masih difisit sekitar 600 ton. “Jadi masih ada peluang pasar untuk pengembangan produksi sapi perah ini,”ungkap Irmansah di sela-sela penandatangan akad realisasi Kredit Ketahanan Pangan – Energi (KKP-E) individu, di Babadan, Ngajum, Malang, Jawa Timur, Selasa (29/5).
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan Kab Malang Jatim Sudjono, MP mengatakan, populasi sapi perah di Malang termasuk PT Greenfield Indonesia sekitar 89 rb ekor yang produksi hampir 300 ton per hari. “Setiap tahun kita hitung rata-rata produktifitas peternak rakyat sekitar 10,5 L/hari ini sudah hebat kecuali Greenfields yang memang sudah industri,” katanya.
Selain itu, PT Greenfields Indonesia juga didukung dengan bibit yang berkualitas, manajamen pemeliharaanya yang sudah bagus sehingga mampu menghasilkan susu antara 40 liter – 50 liter per hari.
Melihat kondisi tersebut PT. Greenfields Indonesia tergerak untuk melakukan kemitraan sapi perah. “Ini akan jadi program Greenfields Indonesia, bukan hanya CSR saja tapi ini untuk menjamin pasokan dan keterbatasan susu di Jatim. Selain itu, untuk membangun kelompok-kelompok peternak handal dan semuanya yang terlibat bisa mendapatkan keuntungan,” papar Irmansah
Sedangkan Head of Unit Milk Processing PT. Greenfields Indonesia Darmanto menambahkan Greenfiled dengan keunggulan farming-nya yang selalu update dalam hal masalah teknologi sapi perah akan selalu menularkan teknologi yang dimiliki dan mudah diterapkan di peternak. “Core kompetensi ini juga bisa ditularkan ke masyarakat peternak. Industri sapi perah ini sangat terintegrasi dan impact ekonominya sangat luas tidak hanya di factory, farming, tapi juga dari supply untuk hijauan,” katanya.
Akad KKP E Individu
PT Greenfields Indonesia, memfasilitasi peternak yang tergabung dalam kelompoknya untuk mendapatkan dana bantuan dari perbankan melalui Akad Kredit KKP-E Individu. “Penandatanganan Akad KKP-E Individu untuk 44 peternak. KKP-E ini kredit program dari pemerintah, yang untuk peternak kecil khususnya sapi perah yang digulirkan oleh BRI dengan bunga rendah hanya 4% efektif jangka waktunya 4 tahun. Mungkin di Indonesia baru pertama kali,”imbuh Irmansah.
Irmansah mengatakan program ini sudah berjalan sejak 2006, tapi tidak banyak hanya sekitar 9 orang. “Kalau sekarang secara total kemitraan Greenfield se-Jatim sekitar 900 kepala keluarga yang tersebar di Ngantang, Wlingi Blitar, dan di sini Gunung Kawi. Posisi Greenfields sendiri sebagai penjamin pasar dari semua hasil produksi peternak dan membantu peternak untuk menyetorkan susu. Hasilnya akan dipotongkan untuk membayar kewajiban yang akan disetorkan ke Bank,” jelasnya.
Selain itu, Greenfields sebagai pendamping atau bapak asuh dan melakukan pendampingan pada peternak atau sebagai technical support, menyiapkan pakan ternaknya juga kesehatan hewannya.
Menurut Pemimpin Cabang Bank BRI Kantor Cabang Malang Sutoyo, KKP-E kali ini berbeda dengan KKP-E kelompok karena KKP-E ini bersifat individu. Artinya pihak perbankan langsung ke personal individu atau peternak. Dari segi jaminan kredit pun cukup mudah karena KKP-E Individu sangat fleksibel tidak harus sertifikat, tapi dari rekomendasi usaha dan kakarternya.
Untuk realisasinya akad KKP-E berkisar Rp. 1,32 milyar yang diberikan pada 44 debitur atau nasabah yang berarti Rp.30 juta per peternak.
Indah Retno Palupi