Senin, 28 Mei 2012

LIPUTAN KHUSUS : Plastikisasi Pacu Produksi

Revitalisasi tambak akan gagal jika biosekuriti diabaikan. Metode plastikisasi dijagokan mampu melindungi tambak dari risiko kegagalan.

Demi memenuhi permintaan pasar, gebrakan revitalisasi dilaksanakan secepat kilat. Sebanyak 20 ribu ha tambak di Jabar dan Banten harus direvitalisasi tahun ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) khusus mengalirkan dana untuk rehabilitasi tambak seluas 5.000 ha.

Salah satu bantuan berupa plastik mulsa. “Kita akan melakukan (plastikisasi) di seluruh kawasan. Aplikasinya nggak mahal. Yang tanpa plastik itu paling 2-3 ton/ha/siklus (tambak tradisional). KKP sudah membuat demplot di Karawang. Kita bisa produksi 18 ton/ha/siklus. Berarti 36 ton/ha/tahun,” papar Sharif C. Sutardjo, Menteri Keluatan danPerikanan.

Berkaca pada Mimin Hermawan, petambak udang di Subang, Jabar, yang mampu menghasilkan 30 ton udang/ha/siklus dengan plastikisasi, Sharif menargetkan petambak sanggup menghasilkan 5-10 ton/ha/siklus. “Daya tahannya satu tahun. Bantuan plastik mulsa diberikan untuk satu tahun. Kalau mereka sudah untung, bisa beli sendiri,” timpal Slamet Soebjakto, Dirjen Kelautan dan Perikanan, KKP.

Banyak Keunggulan

Menurut Agus Suryawinadi, Hatchery Technical Service PT Suri Tani Pemuka, industri udang terintegrasi di Jakarta, penggunaan plastik mulsa bisa mengeliminasi porositas dan kebocoran air tambak, kualitas tanah, pengikisan tanggul dan dasar tambak tanah oleh arus kincir; mencegah terjadinya air koloid; dan memudahkan terkumpulnya limbah tambak sehingga feeding area lebih bersih.

Selain itu, aplikasi plastik mulsa banyak keunggulannya. Yakni, “Mampu meningkatkan produktivitas pada tambak yang bermasalah pada kualitas tanah dan porositas tinggi, menghemat penggunaan air dan kincir karena respirasi mikroorganisme rendah. Biaya investasi relatif rendah (Rp500 – Rp1.000/kg udang) meskipun masa pakai singkat (satu – dua siklus), pemasangan mudah dan cepat (sekitar dua hari untuk tambak 3.000 m2), plastik tipis tetapi liat dan tahan pelapukan meski terpapar sinar matahari,” terang Agus kepada AGRINA.

Sebelum dilapisi plastik, lahan perlu dipersiapkan terlebih dulu untuk menghindari lepasnya gas beracun hasil pembusukan dasar tambak. Tahapannya, pembuangan lumpur limbah, pengeringan, pengapuran, dan perataan. Plastik mulsa yang digunakan berdimensi 400 m x 1,2 m setebal 40 mikron. Sehektar tambak membutuhkan 27-33 rol plastik seharga Rp400 ribu/rol. Pemasangan plastik menggunakan biting (semat) bambu berukuran 50 cm x 1 cm x 0,5 cm. Biting ditekuk jadi tiga bagian, sepanjang 20 cm, 10 cm, 20 cm, lalu ditancapkan dengan jarak antarbiting 25 cm. Kebutuhan biting sebanyak 50 ribu/ha.

Plastik bisa dipasang dengan dua cara. “Pertama, dua lembar plastik digelar sejajar. Sisi yang berhimpitan disatukan dan dilipat selebar 10 cm. Setelah dilipat, ditusuk dengan biting. Posisi biting yang tertancap ada di atas permukaan. Cara kedua, dua lembar plastik digelar bertumpuk. Sisi yang berhimpit dilipat selebar 10 cm. Lipatan ditusuk dengan biting. Plastik lapisan atas disingkap ke samping plastik bagian bawah. Lalu, ditimpa lagi dengan plastik berikutnya. Begitu seterusnya. Dengan cara ini, posisi biting berada di bawah permukaan plastik,” jelas Agus sambil memperagakan metodenya dengan kertas tisu.

Windi Listianingsih        

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain