Perwakilan FMPI, Fitri Nursanti P bersama jajaran Tim SAR
Foto : T Mardi Rasa
Tim Search and Rescue
(SAR) gabungan yang telibat dalam operasi evakuasi pesawat Sukhoi Superjet -
100 yang jatuh di Gunung Salak pada 9 Mei lalu mengakui menempuh medan yang
berat. Bahkan untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100
tersebut tim SAR harus menyusuri tebing dengan kemiringan 85 derajat di ketinggian
2.066 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tim SAR harus bergerak dengan cara
bergelantungan di karmantel (tali) dan akar untuk bisa mengevakuasi korban.
Menurut Kepala Operasi SAR untuk TNI dan Polri, Fajar Nugraha, memang bukan pekerjaan mudah untuk tugas evakuasi korban. Butuh fisik yang kuat agar kondisi fisik rescuer tetap terjaga. “Lamanya proses evakuasi karena cuaca dan medan yang tak bersahabat berimbas pada penurunan fisik anggota tim penyelamat. Meski demikian mereka tetap bersemangat untuk terus mencari korban,” jelas Fajar Nugraha di Pos SAR di Balai Embiro Ternak Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/5).
Sementara itu, logistik bagi tim SAR yang mengevakuasi pun perlu mendapatakan perhatian. Logistik berupa makanan dan minuman, dan alat atau bahan medis, terus disuplai bagi tim penyelamat di lapangan. Melihat kondisi lapangan dukungan logistik ini sangat diperlukan karena untuk menjaga kondisi fisik dan kesehatan para rescuer.
Untuk itu, Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI)
yang diwakili oleh Fitri Nursanti Anggota Tim SAR yang sedang Istirahat menunggu tugas Foto
: T Mardi Rasa
Poernomo menyumbangkan makanan siap makan
berupa telur sebanyak 200 kg, nuggets 75 kg, 6 karton cokelat, 10 karton Aqua
botol, 15 karton sosis, 400 paket ayam goreng, 3
karton minuman jelly, 1 karton madu sachet, 3 karton susu bantal. “Bantuan ini tidak
seberapa, semoga bisa membantu logistik bagi relawan yang ada di lapangan dan
mereka bisa mengembalikan kondisinya tetap terjaga dan berstamina,” kata Fitri
Nursanti.
Perwakilan FMPI sesaat setelah penyerahan bantuan
logistik untuk tim SAR Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 Foto : T Mardi Rasa
Sementara itu, Fajar Nugraha menambahkan, di tengah medan yang berat, mereka
terus berusaha bisa secepat mungkin mengevakuasi korban. Tim yang terjun tidak
mengeluh terhadap keadaan, meski cuaca menghadang. Mereka tidak mudah menyerah.
Meski, mereka harus tidur bergelantungan di tali di pinggir tebing.
Mereka melakukan itu karena memang tidak ada pilihan untuk bertahan di saat terpaan dinginnya udara gunung yang mencapai 3 derajat celcius. Mereka harus bekerja membawa seluruh korban kecelakaan pesawat tersebut. “Ajungan jempol pantas bagi tim search and rescue yang bekerja mencari dan mengevakuasi para korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak,” kata Fajar Nugraha.
Ia menambahkan, kita sungguh menghargai dukungan moral yang diberikan masyarakat. Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia, organisasi kemasyarakatan, mereka terpanggil memberikan pertolongan. Tanpa meminta pamrih mereka mengerjakan sepenuh hati, untuk evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi.
Ia menambahkan, mereka telah mengerjakan sesuai dengan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Selama seminggu, mereka bekerja siang dan malam dan akan terus bekerja hingga semua tugas selesai. Profesionalisme telah diperlihatkan tim SAR dan mereka bisa mengerjakan tugas yang sangat sulit dengan baik.
Tri Mardi Rasa