Budaya makan buah
masyarakat Indonesia masih sangat rendah, menurut data dari Dirjen Hortikultura
Kementerian Pertanian hanya 37 persen. Padahal Indonesia merupakan salah satu
negara yang kaya akan buah-buahannya.
Peserta berfoto bersama di depan gedung air
terjun sebagai kenang-kenangan
Selain itu, tingkat konsumsi buah nasional sangat berhubungan dengan budaya yang berkembang di masyarakat. Banyak yang enggan mengonsumsi buah karena tidak mengenalnya sejak kecil. Untuk mengubah budaya ini dan menanamkan kecintaan masyarakat pada buah-buahan lokal, harus dimulai dari generasi termuda.
Selama ini, masyarakat
cenderung menggemari buah-buahan impor seperti jeruk mandarin, apel berkulit
merah, dan durian bangkok. Padahal, Indonesia memiliki beragam buah lokal yang
jauh lebih eksotis dibandingkan buah-buahan impor, seperti manggis, apel
malang, salak, belimbing, dan melon. Karenanya, budaya mengonsumsi buah lokal
harus ditanamkan sejak dini.
Anak-anak tertarik menyaksikan petugas memotong
buah melon
Beragam cara untuk mengajarkan dan menanamkan budaya makan buah pada anak-anak yang tidak hanya didapat dari bangku sekolah saja, tapi bisa dilakukan di luar sekolah seperti mengunjungi kebun-kebun buah, pertanian, dan lain sebagainya.
Perkumpulan Ibu-ibu dan
remaja Majelis Taklim Al-Ikhlas di daerah Cipadu, Kreo, Larangan, Tangerang,
Banten, bekerjasama dengan Taman Wisata Mekarsari dan Tabloid Agrina memberikan
kesempatan pada 50 anak dhuafa dan pemulung, didampingi keluarganya, untuk
berkunjung ke Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Bogor, Jabar.
Peserta wisata "Rihlah Ceria Penuh Hikmah
antusias melihat-lihat greeen house melon
Taman Wisata Mekarsari merupakan salah satu tempat wisata yang sangat tepat dan menarik untuk mengajarkan anak-anak tentang buah-buahan dan manfaatnya. Di taman wisata ini anak-anak bisa belajar tentang buah dan sayuran dengan berkeliling kebun. Wisata ini diharapkan bisa menjadi salah satu pendekatan yang lebih menyenangkan dan menarik perhatian.
“Kami berharap wisata ini bisa mendorong semangat dan optimisme bagi anak-anak tersebut untuk belajar mengenal buah-buahan lokal dan sekaligus mensyukuri anugerah Allah,” kata Ketua Majelis Taklim Al-Ikhlas, Silvia Maulina di sela-sela acara.
Melalui wisata yang bertema
"Rihlah Ceria Penuh Hikmah" ini, anak-anak diajak mengenal
buah-buahan dari Indonesia yang banyak tumbuh di sekitar mereka. Juga
sekaligus, menanamkan dan menumbuhkan rasa kepedulian pada sesama dan
buah-buahan lokal Indonesia yang memiliki nilai gizi bagi perkembangan mereka.
Wisata dilengkapi dengan lomba menggambar dan
mewarnai untuk anak-anak
“Kami ingin bersenang-senang dan berbagi kebahagian dengan anak dan ibu pemulung untuk menikmati buah-buahan anugerah Illahi seperti kenikmatan yang juga diberikan pada anak-anak Indonesia lainnya. Ini kali pertama anak-anak bisa melihat tanaman buah-buahan secara langsung. Mereka sangat senang,” jelasnya.
Anak-anak dhuafa dan pemulung ini diajak melihat berbagai jenis tanaman buah (rambutan, mangga, belimbing, salak, jambu, dan melon). Mereka juga diajak ke green house buah melon yang merupakan areal paling disukai pengunjung di mekarsari.
Di lokasi green house melon ini anak-anak banyak yang terheran-heran karena baru kali ini melihat bagaimana buah melon dihasilkan. Beberapa jenis melon yang ada di sini di antaranya golden light, jade flower, glamour, golden langkawi, dan renong. Yang tak kalah menariknya adalah ketika mereka mencicipi buah melon tersebut. Dalam sekejap potongan melon habis dilahap.
Ibu-ibu pemulung berlomba
membuat anyaman dompet dari limbah palstik
Setelah puas berkeliling
selama 30 menit di kebun dengan kereta keliling, selanjutnya anak-anak di ajak
ke kawasan danau. Sesampainya di danau, kegiatan dilanjutkan dengan lomba
menggambar dan mewarnai untuk anak-anak dan lomba menganyam limbah plastik
menjadi dompet untuk ibu-ibu dhuafa dan pemulung. Kemudian, dilanjutkan dengan
permainan edukatif bagi anak-anak. Setelah perlombaan berakhir, peserta memanfaatkan
wisata ini untuk jalan-jalan menikmati indahnya taman dan danau sambil
menghirup udaranya segar.
Acara semakin seru ketika mereka mendapatkan cinderamata dari Mekarsari untuk dibawah pulang, berupa sekeranjang kecil (1/2 kg) buah salak pondoh yang rasanya manis. "Kami ingin melengkapi kebahagiaan mereka dengan memberikan bingkisan kecil berupa salak," imbuh Karinda, staf public relation Taman Wisata Mekarsari.
T. Mardi Rasa