Harga singkong yang tinggi tak membikin petani jagung di Desa Sribandung, Lampung, tergiur. Jagung masih jadi unggulan.
“Meski di daerah lain banyak petani beralih menanam singkong karena harganya naik, petani di sini tetap menanam jagung karena beberapa tahun terakhir ini produksinya meningkat pesat,” ujar Suprianta, petani jagung di Desa Sribandung, Kabupaten Pesawaran, Lampung (9/5). Rahasia mereka adalah penggunaan pestisida keluaran PT BASF Indonesia.
Sebelum mengaplikasikan produk PT BASF Indonesia, rata-rata hasil panen jagung dari lahan 0,75 ha miliknya hanya 7 ton. Namun, sejak menggunakan Cabrio AgCelenceTM musim tanam tahun lalu, produksinya naik jadi 8,5 ton. Padahal, varietas jagung yang ditanam sama. Pupuknya pun tetap urea 4 kuintal dan Phonska 2 kuintal, serta pupuk kandang ayam.
Musim tanam Februari lalu, ia kembali menggunakan Cabrio AgCelenceTM tapi benihnya diganti. Ia menggunakan Cabrio AgCelenceTM sebanyak 4 botol. Sebelum aplikasi Cabrio AgCelenceTM, pada saat penanaman benih juga diberi perlakuan Acrobat dan Regent Red. Saat berumur 30 hari, tanaman disemprot Cabrio AgCelenceTM. Cabrio AgCelenceTM dibeli seharga Rp70 ribu/botol isi 100 ml.
Ia tertarik mengaplikasi produk itu awalnya hanya coba-coba. “Mana tahu hasilnya lebih banyak?” ungkap ayah dari dua putri ini. Ternyata produksinya naik 20%. Meski harga jagung sudah turun setengahnya, ia masih dapat Rp10 juta lebih dari jagung yang dimodalinya Rp3 juta itu. Ongkos budidaya jagung di situ lebih murah karena menggunakan sistem tanpa olah tanah (TOT).
Menurut pria kelahiran 1974 itu, dengan harga gabah Rp2.800/kg saat ini, hasil menanam jagung lebih tinggi dibandingkan padi. Biaya produksi padi lebih tinggi lantaran perlu biaya olah tanah, penyiangan, dan obat-obatannya pun lebih banyak.
Sempat Frustrasi
Berkah serupa dirasakan Wahyu. Hasil panen pemilik lahan 0,75 ha ini pada musim tanam tahun lalu naik 26% dari 6,5 ton jadi 8,2 ton. Padahal, ia hanya mengaplikasikan Cabrio AgCelenceTM.
Awalnya, Wahyu frustrasi dan berniat membongkar tanaman jagungnya yang baru berumur sebulan karena tumbuhnya tak seragam dan dihantam kemarau. Untung suami Siti Aisyah ini bertemu Yanto, Technical Support PT BASF Indonesia, yang menyarankan penggunaan Cabrio AgCelenceTM.
“Ya, saya semprotkan empat botol Cabrio AgCelenceTM. Eh, subur. Bahkan, tanamannya lebih tinggi, daunnya lebih lebar, panjang dan hijau tua. Tongkolnya pun lebih besar sehingga bisa panen 8,2 ton,” ungkap Ketua Gapoktan ini. Ia juga takjub, saat daun jagung petani lain ludes dimangsa belalang justru tanaman di lahannya aman.
Musim tanam Februari lalu, ia juga mencampur benih jagungnya dengan Acrobat dan Regent Red --juga produksi PT BASF Indonesia-- agar tumbuh lebih cepat. Satu botol Acrobat SC isi 50 ml seharga Rp45 ribu dicampur dengan 15 kg benih.
Dulu sebelum memanfaatkan produk BASF, jagung mereka sering terserang penyakit bulai, karat daun, dan batangnya mengering. Kini, tanaman mereka aman dari gangguan itu.
Melihat produksi jagung keduanya melambung, banyak petani mengikuti langkah mereka. Dari sekitar 1.300 ha areal tanaman jagung di register 18 Desa Sribandung ini, hampir sepertiganya menggunakan produk BASF. “Jika panen mendatang produksi lebih baik, makin banyak petani tertarik gunakan Cabrio AgCelenceTM,” tambah Wahyu yang diamini Suprianta.
Syafnijal Datuk Sinaro/Lampung