Waspadai perubahan warna daun jagung menjadi bulai. Gagal panen ancamannya.
Stok jagung nasional benar-benar sedang diperjuangkan. Dengan keunggulan jagung yang relatif mudah tumbuh di mana saja, peningkatan produksi terus digenjot melalui perluasan areal tanam. Cukup dengan tanah yang gembur, subur, dan kaya bahan organik, dan keasaman tanah antara 5-7.
Kebutuhan airnya pun tidak terlalu banyak sehingga di daerah tertentu banyak dibudidayakan pada saat musim kemarau. Dengan aplikasi pupuk yang sesuai rekomendasi lahan setempat, panen optimal pun dapat tercapai.
Namun, serangan hama seperti lalat bibit, semut, ulat, belalang, serta penyakit semacam bulai, kresek, dan hawar daun tidak dapat diabaikan. Menurut Ratna Indah Puspitasari, Crop Specialist Corn Soybean, Bayer CropScience Indonesia, produsen pestisida di Jakarta, diperlukan perlakuan benih untuk perlindungan terhadap hama dan penyakit yang mungkin menyerang.
Waspada Bulai
Salah satu penyakit yang paling ditakuti petani jagung adalah bulai. Penyakit yang disebabkan cendawan Perenosclerospora maydis ini dituding menjadi penyebab gagal panen jagung di berbagai wilayah. Penyakit bulai ini banyak menyerang jagung yang ditanam di daerah lembab. Kelembaban tinggi mendukung perkecambahan dan perkembangan spora cendawan. Celakanya, spora cendawan ini dapat bertahan di tanah selama 10 tahun, dan akan terus menginfeksi benih yang ditanam di sana.
Ratna menjelaskan, “Jagung terinfeksi melalui akar, stomata daun, pelepah daun, atau batang dengan gejala awal berupa bintik klorosis lalu menjadi garis-garis putih memanjang sejajar tulang daun. Masa infeksi terjadi selama 3 hari, sementara gejala klorosis biasanya terlihat saat jagung berusia 30 hari setelah tanam.” Klorosis inilah yang membuat daun jagung seperti bule.
Penyakit ini paling ditakuti petani. Pasalnya, bila tanaman sudah telanjur terserang bulai, tidak ada pilihan lain bagi petani selain eradikasi atau pemusnahan tanaman agar tidak menular ke tanaman yang sehat. “Angin juga membantu penyebaran spora dari daun tanaman yang terserang, meski persentasenya kecil dibandingkan tular tanah,” ujarnya lagi. Jika terus dibiarkan, kehilangan hasil yang diderita petani bisa mencapai 70% hingga gagal panen.
Perlakuan Benih
Karena penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui tanah, maka perlakuan benih sebelum tanam menjadi cara paling efektif untuk mencegah serangannya. “Untuk mencegah bulai, dapat menggunakan fungisida perlakuan benih Consento. Consento merupakan fungisida yang bersifat sistemik dan translaminar, efektif menghambat pertumbuhan cendawan penyebab bulai,” tutur Ratna.
Tambahan biaya yang berasal dari penggunaan fungisida ini relatif tidak berarti dibandingkan kerugian bila tanaman sampai terserang bulai. Ratna merinci, kebutuhan benih jagung rata-rata 20 kg/ha, kebutuhan fungisida Consento 20 ml/kg benih. “Untuk perlindungan dari hama dan stres lingkungan, direkomendasikan juga penggunaan insektisida perlakuan benih, Gauco 5 ml/kg benih, bersamaan dengan aplikasi fungsida perlakuan benih Consento,” sarannya.
Renda Diennazola