Secara keseluruhan unggas berkontribusi 66% dari kebutuhan daging nasional, dengan 80% masih didominasi oleh ayam ras. Tetapi seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi makanan berprotein, permintaan dari ayam kampung pun turut terdongkrak.
“Potensi unggas lokal ini sangat besar, kalau ini bisa dikembangkan di masyarakat dengan pola pengembangan kandang koloni. Saya kira ini bisa memberikan kontribusi untuk peningkatan prosentase konsumsi dari unggas lokal,” kata Suswono, Menteri Pertanian dalam acara penandatanganan kerjasama Balai Penelitian Ternak (Balitnak) dengan Pusat Pembibitan Ternak “Unggul” di Bogor, Jawa Barat, Kamis (19/4).
Sementara itu, Ade Zulkarnaen, ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) mengatakan, bibit yang dihasilkan dari pembibitan yang menerapkan Good Breeding Practice (GBP) hanya sekitar 7 juta ekor per tahun. Kondisi ini masih jauh dari target produksi 400 juta ekor per tahun.
Kehadiran Unggul sebagai Pusat Perbibitan Ayam Kampung membantu peternak dalam memperoleh DOC ayam kampung yang sesuai GBP. Karena bibit yang diproduksi Unggul, sumber daya genetika asli ayam Indonesia yang berasal dari Ciamis yang kondisinya saat ini hampir punah seperti Ayam Gaok, Pelung, Sentul dan beberapa ayam lokal yang unggul.
Yang terbesar dalam perbibitan tersebut ayam Sentul yang mencapai 40%, sisanya ayam pelung 20-30%, ayam gaok 10%, dan aneka ayam unggulan lain. Sementara itu menurut Ade, Ayam Sentul bisa dijadikan sumber bibit untuk budidaya ayam pedaging.
Ratna Budi Wulandari